Sabtu, 30 Desember 2006
apakah sudah berqurban
Senin, 11 Desember 2006
POLIGAMI HANYA BAGI ORANG YANG BERIMAN
Begitu pula halnya dengan ketentuan terhadap bolehnya poligami di dalam ajaran Islam, karena sudah dihalalkan oleh Allah swt, maka suka atau tidak suka, kita harus ikhlas menerima apa adanya ketentuan tersebut, kita harus yakin seyakin-yakinnya itu merupakan suatu syariat yang akan membawa kita kepada kebaikan di dunia maupun di akhirat kelak, karena ketentuan itu dibuat oleh Allah swt yang menciptakan manusia, oleh Allah swt yang faham betul tentang sifat dan tabiat manusia yang diciptakannya. Jadi, penerimaan dengan sepenuh hati dan keikhlasan terhadap ketentuan ini atau syariat ini merupakan salah satu tolak ukur keimanan kita terhadap Allah swt.
Namun demikian, untuk mengakomodir “perasaan” (terutama kaum perempuan) yang katakanlah belum bisa pas dengan ketentuan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan yaitu;
1. Jangan menyalahkan orang yang melakukan poligami, sebab Allah swt telah menghalalkannya, dan Rasulullah saw dan beberapa sahabat beliau yang dijamin masuk surga juga ada yang melakukannya. Apalagi menyalahkan syariat poligami bahkan menganggap orang yang berpoligami sebagai pelaku kriminal. Bagi kita orang Islam yang mengaku beriman, maka menerima dengan ikhlas ketentuan yang telah dihalalkan oleh Allah swt adalah suatu hal yang sangat mutlak.
2. Bahwasanya praktek poligami yang kita lihat dan saksikan kurang pas dimata kita, bukan berarti bahwa syariat poligami itu menjadi hal yang tidak baik, sebab praktek poligami itu tergantung pada diri pribadi orang yang melakukannya. Kalau orang yang melakukannya adalah suami dan istri-istri, orang-orang yang beriman dan bertaqwa, Insya Allah, praktek poligami di rumah tangga dan keluarga tersebut akan sakinah mawadah warahmah, namun sebaliknya, kalau yang melakukan praktek poligami itu suami dan istri-istri, orang-orang yang lemah iman dan taqwanya, biar tidak poligami pun, rumah tangga dan keluarga tersebut susah dan sulit mendapatkan suasana yang sakinah mawadah warahmah. Oleh karena itu apabila sang suami melakukan tindakan kekerasan kepada istrinya, tidak ada hubungannya dengan poligami, karena banyak juga yang tidak poligami, sang suami melakukan kekerasan terhadap isteri, untuk itu bagi istri yang diperlakukan demikian bisa melaporkan ke polisi, karena hal itu adalah tindakan pidana. Di Negara kita ada KUHP yang mengaturnya.
3. Andaikata hal tersebut terjadi pada diri atau keluarga kita, yakinlah bahwa hal itu merupakan ujian dan cobaan dari Allah swt terhadap kita, yakinlah Allah swt akan menaikan derajat kita dengan ujian dan cobaan itu, kalau kita sabar, kalau kita lulus dengan ujian itu. Sebab hidup di dunia ini hanya sementara dan main-main saja, hanya senda gurau saja, hidup yang kekal abadi adalah yang di akhirat nanti, itu yang sangat perlu kita persiapkan bekalnya dengan sebaik-baiknya, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa. 4. Kita tidak boleh menambah-nambah syarat atau ketentuan sebagai mana yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan dicontohkan oleh Rasulullah saw, terhadap masalah ini, seperti syarat harus ada ijin dari istri, karena Rasulullah saw tidak pernah minta ijin kepada istri beliau kalau beliau mau nikah lagi, sebab menambah ketentuan seperti itu bisa termasuk bid’ah, bid’ah adalah sesat, sesat itu neraka tempatnya.
Kehidupan keluarga yang bahagia mawadah warahmah tidak ditentukan oleh keluarga yang melakukan monogami atau poligami, tapi oleh kemampuan orang dalam “dzikir” kepada Allah SWT. (QS.Ar Rad (13) ayat 28), ikhlas dan ridha dengan ketentuan agama serta yang mendapat ridha Allah SWT. (QS. Al Bayinah (98) ayat 5 dan 8). Wallahu ‘alam bishawab.
Sabtu, 02 Desember 2006
LARANGAN BAGI YANG AKAN BERQURBAN
Sejak awal bulan Dzulhijjah, orang yang akan berqurban agar tidak memotong kuku dan tidak memotong rambut. Hal ini berdasar hadist nabi : Dari Ummu Salamah, bahwasanya nabi saw bersabda : Jika kamu telah melihat hilal (bulan sabit yang menandakan tanggal 1 bulan (qomariah) bulan Dzulhijjah dan salah seorang diantaramu ingin berqurban, maka hendaklah ia menahan untuk tidak memotong rambut dan kukunya. (HR. Muslim (Shahih, al-Adhahiy:3655,3653,3656), al-Tirmidzi (Sunan, al-Adhahiy:1443), an-Nasaiy (Sunan, al-dhahaya:4285,4286,4288), Abu Dawud(Sunan, al-Dhahaya:2409), Ibn Majah (Sunan, al-Adhahiy:3140,3141), Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, Baqiy Musnad al-Anshar:25269, 25359, 25435), al-Darimiy (Sunan, al-Adhahiy:1865,1866).
Selasa, 28 November 2006
Ustadz Abu Bakar Ba'asyir
Minggu, 12 November 2006
IDUL FITRI MENYATUKAN HATI, BERGEMBIRA UNTUK RIDHA ALLAH
Ada empat hal yang perlu kita renungkan pada suasana Idul fitri ini. Pertama,kita telah melakukan kewajiban berpuasa selama bulan ramadhan. Kedua, dibulan ramadhan, kita sama-sama telah menmperingati turunnya Kita Suci Al Qur,an, yang menjadi pedoman hidup kita. Ketiga, sebelum kita pergi shalat ‘Ied, kita telah menyerahkan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin. Ke empat, biasanya setelah itu kita akan mengadakan silaturahim kepada sesame keluarga kerabat, para tetangga dan kepada kaum muslimin lainnya.
Yang pertama kita telah sebulan puasa. Tujuan puasa tidak lain adalah seperti termaktub pada surat Al Baqarah ayat 183 : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang terdahulu, agar kalian meningkatkan ketaqwaan kalian”
Allah SWT telah memerintahkan kepada kita agar supaya kita benar-benar bertaqwa kepada-Nya. Artinya ketaqwaan kita agar kita jalani dan kita mantapkan dengan sungguh-sungguh. Tidak mempermudah dan tidak menganggap enteng dalam bertaqwa kepada Allah SWT.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa” (QS.Ali Imran ayat 102). Ini menunjukkan bahwa ada diantara orang-orang yang walaupun sudah beriman masih juga ditemui taqwanya tidak sebenar-benarnya. Apalagi orang yang tidak beriman, mengaku-ngaku bertaqwa, pasti dusta.
Mengapa Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman untuk bertaqwa dengan benar-benar? Karena Allah menjamin bahwa orang yang beriman dan benar taqwanya akan memiliki modal yang kuat dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Hanya orang-orang yang berakal jernih sajalah yang mengerti bahwa modal dan bekal yang paling baik dalam mengarungi hidup ini adalah taqwa kepada Allah SWT.
“Berbekallah kalian semasa hidup kalian, dan sesungguhnya bekal yang paling baik (sempurna) adalah sikap dan perilaku taqwa. Bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal dan berhati jernih. (QS.Al Baqarah ayat 197).
Marilah kita adakan evaluasi terhadap puasa kita, apakah taqwa kita telah meningkat atau belum, terutama pada sikap dan perilaku kita dihari-hari mendatang.
Yang kedua, dalam bulan ramadhan kita memperingati turunnya Al Qur’an. Al Qur’an sudah tidak diragukan lagi menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. “Inilah kitab (Al Qur’an) yang tidak ada keraguan atasnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang taaqwa”. (QS.Al Baqara ayat 2).
Ayat ini menunjukkan bahwa Al Qur’an adalah kitab yang paling benar, yang paling haq, sehingga tidak pantas bila seseorang yang mengaku Islam meragukan kebenarannya, sehingga ada upaya untuk mereduksi apalagi mengamandemen ayat-ayat Al Qur’an, dengan alas an sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi jaman sekarang. Al Qur’an itu datangnya dari Allah SWT. Tuhan yang tahu betul tentang kelakuan dan tabiat manusia ciptaannya, sehingga dibuatkanlah pedoman yang pasti pas dan cocok untuk manusia itu. Makanya kita pertanyakan keimanan seseorang yang meragukan kemutlakan ayat-ayat Al Qur’an tersebut, bahkan berani mengatakan sudah tidak sesuai lagi dengan Hak Asasi Manusia (HAM), pluralisme dan Gender. Al Qur’an menjadi petunjuk yang paling baik, di antara pedoman hidup yang ada, bagi manusi terutama bagi orang-orang yang taqwa.
Dalam berbagai ayat disebutkan akan kebenaran Al Qur’an, bukti-bukti akan kebenarannya masuk akal dan dapat diterima dengan rasio, dan bahkan meniadakan keraguan, kebimbangan dan syak wasangka. Mari kita perhatikan ayat 88 surat Al Isra : “Katakanlah Muhammad, seandainya jika seluruh manusia dan jin bekerja sama untuk membuat yang serupa dengan (kitab) Al Qur’an, niscaya tidak akan dapat dan tidak akan mampu, sekalipun mereka bekerja sama satu dengan yang lain.”
Masihkan kita meragukan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi kita orang-orang yang beriman, yang bertaqwa? Oleh karena itu, jika benar-benar ingin meningkatkan ketaqwaan, maka jadikanlah Al Qur’an sebagai bacaan utama dan pertama bagi kita, tiada hari tanpa membaca Al Qur’an,
Yang ketiga, kita menyerahkan zakat kepada fakir miskin yang ada di sekitar kita atau kepada Badan/Lembaga Amil Zakat. Hal ini merupakan symbol dari salah satu hikmah puasa, yaitu kepedulian kepada nasib kaum dhua’fa. Kepedulian ini hendaknya tidak hanya terjadi sekali saja selama setahun, tetapi seterusnya. Allah SWT mnengancam orang yang menyimpan harta kekayaan dan bersifat bakhil. Surat At Taubah ayat 34: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (kekayaan), tetapi tidak mau menafkahkan kepada fakir miskin pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang sangat menyakitkan.
Yang kempat yaitu silaturahim, menyambung tali persaudaraan mengikat kasih saying, dan sekaligus saling berma’afan. Dalam hidup bermasyarakat, memang kita harus rukun antar sesame. Menghindari perbuatan yang menyebabkan perselisihan dan permusuhan serta saling membenci dan dendam. Lebih-lebih persaudaraan antara umat Islam sendiri. Ukhuwah Islamiyah harus semakin erat terjalin.
Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali persaudaraan”. (HR.Muslim).
Sebagai penutup, marilah kita menyatukan hati, berjuang menegakkan agama Islam dengan gembira dalam rangka meraih ridha Allah SWT. Akhirnya terwujud baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur.
Senin, 06 November 2006
Pembangunan Gedung TK ABA 1
“Mari luruskan niat, Ikhlaskan niat, kemudian jangan pernah ada dihati kita, bahwa “karena saya, TK ini berdiri, karena saya bangunan ini bisa terwujud,” karena itu semua bisa membuat kita menjadi musyrik. Demikian pesan-pesan Ustadz Abdul Syukur dalam kultum yang disampaikan pada acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung TK Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA 1) Sidomulyo yang dilaksanakan pada hari ahad tanggal 14 Syawal 1427 H bertepatan dengan tanggal 5 Nopember 2006 M di Desa Sidomulyo Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara.
Peletakan Batu Pertama dilakukan oleh Camat Anggana diikuti oleh Kepala Dinas Cabang Pendidikan Kec.Anggana, Kepala Desa Sidomulyo dan Ketua MUI Kec.Anggana yang didampingi oleh Ketua PD Muhammadiyah Kutai Kartanegara, Ketua PD Aisyiyah Kutai Kartanegara dan Ketua PC Muhammadiyah Kec.Anggana serta Ketua PC Aisyiyah Kec.Anggana.
Pembiayaan pembangunan gedung TK yang terdiri dari dua ruang belajar, satu ruang kantor, satu ruang perlengkaan dan dua buah WC/KM dengan luas bangunan 7,5 M x 20 M ini mendapatkan bantuan dari Pemkab Kutai Kartanegara melalui Program Gerbang Dayaku dan rencananya seluruh pengerjaannya dilakukan dengan gotong royong swadaya warga Muhammadiyah dan masyarakat, demikian disampaikan Munawar selaku Sekretaris PC Muhammadiyah Kec.Anggana.
Ketua PC Aisyiyah Kec.Anggana dalam sambutannya mengharapkan pembangunan gedung ini bisa dipergunakan sebelum tahun ajaran baru 2007 yang akan datang dimulai, sebab TK ABA 1 yang telah memulai proses pembelajaran tahun 2006 ini, tepatnya tanggal 17 Juli 2006, sementara ini menggunakan bangunan yang sudah tua terbuat dari kayu yang terletak satu komplek dengan Masjid Mujahiddin Jl.K.H.A.Dahlan RT.8 Desa Sidomulyo Kec.Anggana Kab.Kutai Kartanegara.
Dalam acara tersebut, berkesempatan pula memberikan sambutan Kepala Desa Sidomulyo, Ketua PD Aisyiyah Kab.Kutai Kartanegara dan diakhiri sambutan Camat Anggana yang mengharapkan agar masyarakat khususnya warga Muhammadiyah senantiasa meningkatkan semangat fastabiqul khairat. Acara yang dihadiri oleh warga Muhammadiyah dan tokoh-tokoh masyarakat tersebut diakhiri dengan acara silaturahim para undangan yang hadir sehubungan masih dalam suasana Idul Fitri.(ay1).
Senin, 23 Oktober 2006
kemenangan atau kekalahan ?
Sejatinya merayakan sebuah kemenangan itu akan menjadi bermakna dan nyata, manakala kita tahu turnamen apa yang diikuti, supaya kita bisa tahu apakah jenisnya perlombaan, pertandingan, atau kontes.... siapa yang dihadapi, ini supaya kita mengukur-ngukur kekuatan dan strategi..... bagaimana peraturannya, ini supaya jalannya turnamen dengan jujur dan adil...... Nah... kalau semua itu sudah difahami, maka kalau kita kalah, kita bisa evaluasi dan introspeksi, sebaliknya bila menang, maka kemenangan itu terasa betul-betul menggembirakan.....
Sehubungan dengan idul fitri ini, mari kita merenung..... betulkah kegembiraan yang kita rayakan ini dalam rangka sebuah kemenangan..... renungkan....kemenangan apa?..... betulkah kita yang bertanding..... jangan-jangan kita hanya penonton belaka..... kalau begitu kita ikut-ikutan aja merayakan kemenangan orang..... kemudian, kalaupun kita yang bertanding,... betulkah kita yang menang?.... jangan-jangan malahan kita yang kalah...... ????
Selamat Idul Fitri 1427 H, taqobbalahu waminna waminkum, maaf lahir bathin....
Sabtu, 16 September 2006
tamu tak diundang
Sabtu, 09 September 2006
hut anakku qyqy
hari ini tepat anakku yang bernama qyqy berusia tiga tahun menurut perhitungan kalender miladiyah. kemarin dia dibelikan rukuh (mukena),.... waduh.... senang sekali....... lengsung dicoba kenakan...... lucu..... dan cantik..... (jelas aja cantik, khan perempuan,.... kalo pria... pasti gak cantik)..... selain itu qyqy juga mendapat hadiah berupa crayon dan buku gambar.... dan tadi sore dibelikan kue lengkap dengan lilin angka 3.... senang betul..... tapi itu semua dirayakan hanya berempat saja dan di rumah aja..... abah do'akan semoga anakku qyqy menjadi anak yang solehah, bakti kepada orang tua,.... semoga menjadi orang yang cerdas, terampil dan taqwa.... robbana hablana min ajwajina wa jurriyatina qurrota a'yun, waj alna lil muttaqina imama..... amin ya robbal alamin
Minggu, 27 Agustus 2006
Akibat ilmu fiqih dan ilmu akhlaq yang tidak seimbang
Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam dunia Islam, pesatnya perkembangan ilmu fiqih ditandai dengan banyaknya mahzab yang terbentuk. Bahkan dalam suatu wilayah atau daerah saja kadang-kadang terdapat dua atau lebih mahzab fiqih yang dianut oleh umat Islam. Nah, kalau saja pengetahuan tentang akhlaq yang mengajarkan tentang perlunya rasa toleransi yang tinggi untuk menghargai perbedaan tersebut tidak dimiliki oleh umat Islam maka akan selalu terjadi pertentangan-pertentangan karena perbedaan tersebut.
Ketidak seimbangan tersebut membuat orang selalu merasa paling benar sendiri, untuk itu terjadilah pemaksaan kehendak agar orang lain menyetujui pendapatnya. Kalau orang lain tidak mau menyetujui pendapat kelompoknya, maka terjadilah pemaksaan kehendak, apalagi kelompoknya mayoritas. Disamping itu, kesabaran, keikhlasan, dan rendah hati berada pada posisi yang paling rendah. Sebaliknya kesombongan, keangkuhan, riya, kasar, bahkan sifat zolim berada pada posisi yang sangat tinggi.
Itulah yang kita saksikan dewasa ini, umat Islam sangat mudah terbakar emosinya, marahnya meledak-ledak, apalagi kalau ada yang memprovokasi, akhirnya anarkis dimana-mana......... kemana akal sehat?
Sabtu, 12 Agustus 2006
MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN
Namun ternyata, dalam perjalannya selama mengisi kemerdekaan sampai usia yang ke 61 tahun ini, kita bangsa Indonesia rupanyan telah lupa dengan rakhmat Allah SWT tersebut, sehingga kita bangsa Indonesia tidak pandai dan tidak bisa mensyukuri anugerah kemerdekaan tersebut dengan benar dan betul. Oleh karena itu, karena kita tidak pandai bersyukur, tidak betul dalam bersyukur serta tidak benar dalam bersyukur, maka sampai saat ini pula kehidupan berbangsa dan bernegara masih berada dalam keadaan krisis dan terpuruk.
Mari kita evaluasi secara jujur kondisi bangsa kita ini, dimulai di bidang politik, memang sudah ada jaminan kebebasan dalam hal berpolitik, tapi kita kebablasan menyikapi makna kebebasan tersebut, akhirnya hampir sebagian besar proses pemilihan kepala daerah langsung (PILKADA) terlaksana dengan tidak sebagaimana mestinya, terutama tidak adil dan tidak jujur. Kalau proses politik sudah tidak adil dan tidak jujur, maka hasilnya tidak akan berkah lagi.
Di bidang ekonomi, kondisi negara ini lebih sangat menyedihkan lagi, mari kita bayangkan, negeri ini mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah, tapi untuk mengelolanya tergantung dari bangsa lain, bahkan oleh bangsa atau Negara yang dulu di bawah kita atau Negara yang belajar dari kita. Kita penghasil minyak, tapi malah kekurangan minyak. Daratan dan lautan kita luas, tapi tidak bisa dijadikan sebagai tempat untuk bekerja, malah mengirim tenaga kerja (TKI atau TKW) ke luar negeri, yang luas wilayahnya jauh lebih kecil dari Negara kita, karena Negara tidak mampu membuka lapangan kerja.
Secara ekonomi kita sepertinya masih belum merdeka, 61 tahun sudah usia republik ini, tapi kita belum mempunyai sepeda motor merk sendiri, apalagi mobil. Lihat saja di jalan-jalan kendaraan yang lalu-lalang itu merk luar negeri semua, itu menunjukkan bahwa sektor transportasi kita dikuasi oleh Negara lain. Padahal konon kita sudah bisa membuat pesawat terbang, dan itupun perusahaannya bangkrut.
Dibidang sosial budaya lebih memprihatinkan lagi, dimana kita ternyata tidak mampu mempertahankan jatidiri sebagai bangsa yang mempunyai karakter. Semangat kebersamaan dan gotong royong sepertinya sudah berubah menjadi individualis meterialis. Cara hidup orang barat diadopsi tanpa filter sama sekali, terutama cara bergaul dan berbusana. Sementara cara disiplin dan etos kerja mereka tidak dicontoh.
Semangat musyawarah mufakat hampir hilang, yang berkembang adalah sistim voting dan banyak-banyakan dukungan. Padahal sistim voting itu sangat berbahaya, sebab kalau yang banyak mendukung itu adalah para setan, maka yang menang adalah setan.
Dibidang hukum juga menyedihkan, konon kita masih menggunakan produk hukum peninggalan Belanda! Ditambah lagi pelaksanaan hukum itu sendiri belum bisa dikatakan berjakan dengan benar. Berapa banyak pejabat/anak pejabat yang tersangkut kasus narkoba atau kasus hukum lainnya yang tidak bisa diadili.
Dibidang pendidikan para pelajar dan mahasiswa orientasinya hanya mengejar ijazah dan gelar saja, tanpa mempedulikan bagaimana cara memperoleh ijazah atau gelar tersebut. Bahkan ada yang tidak pernah belajar diperguruan tinggi tapi tahu-tahu sudah punya ijazah dan gelar sarjana. Oleh karena itu jangan heran, sekarang ini banyak orang yang mempunyai gelar sarjana s-1 dan s-2.
Dibidang kesehatan, penyakit gizi kurang menunjukkan kelemahan kita, apalagi penyakit rutin yang menimpa bayi dan anak-anak seperti muntaber dan demam berdarah, sepertinya tidak bisa diantisipasi dengan benar.
Dibidang pertahanan dan keamanan kita malu dengan para pahlawan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan di awal-awal kemerdekaan dulu. Kenapa malu? Sebab kita tidak bisa menjaga keutuhan NKRI, karena Timor-Timor lepas dari ibu pertiwi, ditambah lagi Sipadan dan Ligitan yang dicaplok Malaysia. Apakah Ambalat akan menyusul lepas juga?
Itulah beberapa evaluasi yang bisa penulis buat, sebenarnya penulis ingin adil dengan menampilkan sisi keberhasilan selama 61 tahun kemerdekaan Republik ini, seperti banyaknya pembangunan jalan, jembatan dan gedung-gedung serta infra struktur lainnya. Tapi pernah dibantah oleh seorang rekan yang mengatakan bahwa : “Siapa saja bisa membangun jalan, jembatan, dan gedung-gedung megah, kalau uangnya banyak, apalagi hasil utang luar negeri yang dibayar 10 tahun mendatang, karena saat itu bukan dia lagi yang memimpin.”
Setelah melihat hasil evaluasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa telah terjadi banyak kesalahan dalam mengisi kemerdekaan selama 61 tahun ini. Oleh karena itu, ke depan marilah kita merenungkan kembali makna alinia 3 pada Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi : ”Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Kesimpulannya, bahwa kemerdekaan yang kita nikmati selama 60 tahun ini adalah atas berkat Allah SWT, yang harus kita syukuri dengan betul dan benar. Sekali lagi, disyukuri dengan betul dan benar. Allah SWT telah berfirman : “Dan ingatlah tatkala Tuhan-Mu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.Ibrahim(14):7). Kemudian untuk mengisi kemerdekaannya adalah dengan pembangunan yang didorongkan oleh keinginan luhur, yang berorientasi untuk memperoleh dan mempertahankan berkat Allah SWT tersebut, bukan keinginan yang berorientasi pada politik sesaat, apalagi untuk kepentingan pribadi atau kelompok saja.
Dirgahayu 61 tahun Kemerdekaan Indonesia!
Selasa, 25 Juli 2006
AYO, BURUAN………!
Tapi, apa yang harus disegerakan itu ? apa sebenarnya yang diburu itu ?
Di dalam ayat itu juga kita telah diberi informasi oleh Allah SWT untuk segera-sesegera mungkin mencapai ampunan Allah SWT, untuk cepat-cepat mengejar ampunan Allah SWT, untuk buru-buru memperoleh dan mendapatkan ampunan Allah SWT. Apa sebab ? Karena hanya dengan ampuan Allah SWT. kita akan selamat di akhirat kelak, karena hanya dengan ampunan Allah SWT. sajalah kita bisa terhindar dari siksa api neraka jahanam.
Sebagai bahan perbandingan, kita perlu mengetahui dan mengingat bahwasanya Rasulullah Nabi Muhammad saw, seorang manusia yang sempurna dan sebagai makhluk yang paling mulia dijagat raya ini, sebuah insan yang terjaga dari dosa, setiap harinya senantiasa masih saja memohon ampunan kepada Allah SWT, dan menurut riwayat disebutkan bahwa Nabi saw tidak kurang beristighfar sebanyak 70 kali dalam setiap harinya. Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa kaki sang Nabi saw sampai bengkak karena terlalu lama melakukan sholat malam. Semua itu dilakukan oleh Rasulullah saw dalam rangka ingin memperoleh dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Padahal, kita tahu bahwa beliau tidak berdosa, tapi masih saja minta ampun kepada Allah SWT. Subhanallah.
Kata kunci berikutnya dalam firman Allah SWT tersebut adalah surga. Selain kita disuruh untuk mengejar dan mendapatkan ampunan, kita juga disuruh untuk mengejar surga. Hanya saja, kalau kita mau jujur melihat dan berkaca pada diri kita, apakah pantas kita memperoleh surga tersebut? Sudah patutkah kita mengharap surga? Sebab orang yang akan menerima surga-Nya hanyalah orang yang yang taqwa. Sudah bisakah kita disebut orang yang bertaqwa?
Taqwa dapat diartikan sebagai “memelihara atau menjaga”, maksudnya adalah bahwa pada saat manusia dilahirkan, dia dalam keadaan fitrah/suci, maka seharusnyalah pada saat kita kembali kepada Allah SWT juga harus dalam keadaan fitrah atau suci. Jadi kalau kita bisa dan mampu menjaga ke-fitrahan tersebut, berarti barulah kita dikatakan orang yang bertaqwa. Kita ibaratkan, kita meminjam sebuah pisau yang tajam, maka setelah kita gunakan untuk keperluan dan pekerjaan kita dalam waktu tertentu, kita harus mengembalikan kepada orang yang punya pisau tersebut dalam keadaan sebagaimana kita meminjam dahulu itu, dan kita harus bertanggung jawab atas kondisi sebagaimana kita meminjam pisau tersebut yaitu tetap tajam, tetap bersih dan tidak rusak. Demikian juga jiwa kita, sebagaimana kita dilahirkan dalam keadaan fitrah dan suci dari dosa, maka pada saat kembali kelak kepada Allah SWT, jiwa kita harus dalam keadaan fitrah dan suci pula. Nah, kemampuan kita untuk menjaga dan memelihara sikap dan sifat yang fitrah dan suci itulah yang disebut taqwa.
Kenapa harus terburu-buru? Kenapa harus cepat-cepat? Kenapa harus sesegera mungkin kita mencari ampunan dan surga tersebut? Apakah surga dan ampunan itu akan habis tidak tersisa? Apakah kita tidak akan kebagian? Tidak, sekali-kali tidak. Bagi orang yang taqwa, ampunan dan surga Allah SWT itu luasnya seluas-luasnya, ampunan dan surga disediakan seluas langit dan bumi. Ketahuilah bahwa sifat buru-buru dan keadaan yang sangat mendesak tersebut karena kesempatan dan waktu yang kita miliki sangat terbatas, artinya umur atau usia hidup kita ini sangat sempit. Kita tidak tahu kapan kita mati, kita tidak tahu kapan kita akan kembali kepada Allah SWT.
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa “ (QS.Ali Imran (3) ayat 133).
Minggu, 23 Juli 2006
kejutan dari anakku..........
Selasa, 18 Juli 2006
miss universe 2006, dari indonesia?
Sabtu, 08 Juli 2006
mengikuti nabi
Orang yang dicintai dan diampuni oleh Allah SWT adalah orang yang selalu ingat kepada Allah SWT. Logikanya, bagaimana bisa dicintai oleh Allah SWT kalau dia tidak ingat dengan Allah SWT? Bagaimana dia bisa diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT kalau dia tidak ingat kepada Allah SWT? Sekali lagi, bahwa orang tidak akan bisa hidup dengan tenteram, bahagia dan sejahtera lahir bathin kalau tidak ingat kepada Allah SWT. Hanya dengan ingat kepada Allah SWT “satu-satunya” jalan supaya hidup bisa tenang-tentram. “Alaa bi dzikrillahi tathmainul quluub” (QS Ar Rad (13):28).
Supaya bisa selalu ingat kepada Allah SWT maka kita harus mencintai Allah SWT. Cinta yang sebenar-benarnya. Inilah masalahnya, yaitu apakah selama ini kita sudah benar-benar mencintai Allah SWT? Apakah tingkah laku kita selama ini sudah mencerminkan tanda cinta kepada Allah SWT? Apakah selama ini cara bekerja dalam rangka mencari nafkah untuk hidup ini sudah memperlihatkan tanda cinta kepada Allah SWT? Apakah cara beribadah kita selama ini sudah sesuai dengan tanda cinta kepada Allah SWT?
Kalau kita sudah bisa dengan jujur mempertanyakan itu semua kepada diri kita sendiri, maka Allah SWT memberikan informasi tentang bagaimana cara mencintai Allah SWT. Mari kita renungkan firman Allah SWT dalam surat Ali Imran (3) ayat 31, Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai (mengasihi) dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dari firman Allah SWT tersebut dapat diperoleh bahwa seseorang baru bisa dikatakan mencintai Allah SWT bila mengikuti (ittiba) kepada Nabi Muhammad saw. Apa yang diikuti dari Nabi Muhammad saw? Yaitu cara bertingkah laku, cara bekerja, cara beribadah Rasulullah saw yang harus kita ikuti dan kita contoh, supaya kita dikatakan mencintai Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Silahkan baca informasi Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Ahzab (16) ayat 21 : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu contoh yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhirat dan dia banyak mengingat Allah.
Dari ayat di atas lebih jelas lagi bahwa contoh perilaku hidup yang baik itu hanya ada pada diri Nabi Muhammad saw. Makanya mengikuti (ittiba) kepada beliau akan menjadi tanda bahwa kita benar-benar mencintai Allah SWT. Oleh karena itu bagi orang Islam, kalau ingin dicintai oleh Allah SWT maka dia harus benar-benar mencintai Allah SWT, tanda bahwa dia benar-benar mencintai Allah SWT dia harus mengikuti (ittiba) kepada Rasulullah, untuk itu dia harus beraqidah, berakhlaq, beribadah dan bermuamalat duniawiyah dengan mencontoh kepada Nabi Muhammad saw dalam aqidah, akhlaq, ibadah dan muamalah duniawiyah.
Sabtu, 24 Juni 2006
penyimpangan dalam beragama
1. Memperturutkan Hawa Nafsu
Allah SWT, Tuhan yang tahu betul tentang sifat dan tabiat kita sebagai manusia, telah menginformasikan kepada kita bahwasanya akan ada orang yang akan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Akan ada orang yang saat hidupnya hanya digunakan untuk mengejar kesenangan saja. Akan ada orang yang dalam mengisi hidup, hanya memperturutkan hawa nafsu.
Orangnya giat bekerja untuk mencari uang, oleh karena itu mempunyai penghasilan yang relatif cukup tinggi, tapi semuanya digunakan untuk bersenang-senang saja, seperti makan-minum sepuasnya, beli pakaian setiap bulan sekali, belanja di mall atau toko swalayan setiap minggu. Bersenang-senang dan menyanyi di café atau karaoke setiap malam. Pendek kata setiap hari setelah bekerja, sisa waktu sebelum tertidur malam dipergunakan untuk mencari kepuasan. Orang-orang seperti ini mempunyai prinsif yang penting happy yang penting enjoy.
Pola dan gaya hidup yang hanya mengejar kesenangan demikian disebut dengan gaya hidup hedonistik. Dalam Islam bisa kita sebut dengan pola atau gaya hidup hanya memperturutkan hawa nafsu saja.
Untuk itu mari kita perhatikan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah Al-Jatsiyah ayat 23:
“Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.”
Dari ayat tersebut, bagi orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan alias bagi orang yang selalu memperturutkan hawa nafsu akan menjadi orang yang sesat, pendengaran dan hatinya akan dikunci mati oleh Allh SWT, makanya akan sulit untuk diingatkan atau dinasehati, penglihatannya ditutup, sehingga sulit untuk melihat dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana halal mana yang haram.
Kalau hari jum’at, kadang orang tersebut ikut juga sholat jum’at berjamaah, tapi nasehat atau tausiah dari khatib yang sedang berkhutbah, hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Dalam acara peringatan hari besar agama seperti peringatan Isra Mi’raj, atau peringatan Maulid, atau peringatan tahun baru Islam, orang-orang ini juga hadir, karena diundang oleh panitia, tapi sekali lagi, tausiah dan nasehat dari para penceramah yang menguraikan hikmah peringatan tersebut hanya menjadi angin lalu saja, tidak membekas di hati sanubari mereka, karena pendengaran, hati dan penglihatan mereka telah ditutup dan kunci mati oleh Allah SWT.
2. Terlalu Berlebihan Mencintai Harta
Sikap manusia yang terlalu berlebihan dalam mencintai harta sangat dikecam oleh Allah SWT dan Rasulullah saw. Sikap yang sering disebut sebagai materialistic ini adalah hidupnya selalu diukur dengan berapa banyak orang mempunyai harta. Semua aktifitasnya selalu ditakar apakah menghasilkan uang atau tidak. Semua kegiatannya diukur apakah bisa menambah harta atau tidak.
Silahkan buka Al Qur’an Al Karim, dan mari kita perhatikan Surah Ali Imran ayat 14-15 :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan) binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan, serta keridhoan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”.
Memang Allah SWT menjadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, seperti wanita, anak-anak, harta yang banyak, emas permata, kendaraan, bisnis yang berhasil, sebab itulah kesenangan hidup di dunia, tetapi Allah SWT telah mengabarkan juga ada yang lebih baik dari itu, yaitu surga, dan surga itu hanya disediakan bagi orang-orang yang taqwa dan diridhoi Allah SWT.
3. Terlalu Berlebihan Mencitai Dunia
Mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat.membuat manusia menjadi celaka dan akan mendapat siksa yang sangat pedih, mari kita perhatikan Al Qur’an Surah Ibrahim ayat 2-3:
“Allah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. Yaitu orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.”
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa, manusia akan berada dalam kesesatan yang jauh.
4. Segala macam bentuk kemusyrikan. Al Qur’an surah An-Nissa ayat 48
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar.”
5. Segala macam bentuk bid’ah. Sabda Rasulullah saw :
“Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang bukan berdasar perintah kami, ia ditolak” (HR Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Uqdhiyah, no.3243).
“Dari Jabir ibn Abdullah bahwa Rasulullah saw bersabda, Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah firman Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. Sejelek-jelek masalah adalah yang dibuat-buat (muhdatsat), dan setiap yang dibuat-buat (bid’ah) adalah sesat” (HR Muslim, Shahih Muslim, kitab al-Jum’ah, no.1435). Dalam matan an-Nasaiy ada tambahan “Dan setiap yang sesat berada di dalam neraka” (Sunan an-Nasaiy, Shalat Al-‘Idain, no.1560).
Selasa, 06 Juni 2006
gempa yogya dan aqidah umat Islam
Sangat memperihatinkan opini tersebut, sebab di jaman seperti initernyata masih kita temui bahwa aqidah umat Islam masih sangat sangatmenyedihkan. Ini menunjukkan pula bagaimana pemahaman keagamaanmasyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam sangat rendah.
Wahai para da'i dan mubaligh! tugas anda semakin berat......, teruslahberjuang......!
Kamis, 25 Mei 2006
MAYANGSARI DAN POLIGAMI
Menarik memang mengamati kasus yang menimpa Bambang Trihatmojo dan keluarganya, walaupun sebenarnya kasus tersebut biasa saja, karena sebenarnya banyak terjadi di masyarakat umum,…. Tapi kali ini karena kasus ini dialami oleh bukan masyarakat umum, maka “ributlah” orang seluruh Indonesia……
Sekali lagi firman Allah subhanahu wata’ala dihadapkan dengan sebuah kenyataan yang dianggap tidak pas dan tidak sesuai dengan rasa keadilan….. bahwa aturan poligami dianggap menjadi penyebab pintu pagar dan kaca jendela menjadi rusak, dan bahkan bapak dan anak menjadi baku pukul,…… oleh karena itu dapatlah disimpulkan “oleh mereka” bahwa aturan halalnya poligami yang dibuat oleh Allah subhanahu wata’ala itu sudah tidak bisa berlaku lagi di jaman sekarang ini. Bahwa poligami hanya berlaku pada jaman nabi saja, bahwa poligami membuat keluarga jadi berantakan, istri lama menjadi kehilangan kebahagiaan…. dan isteri baru dituduh merebut suami orang…… Maka firman Allah tersebut (Qur’an Surat An Nissa (4) ayat 3) perlu di amandemen, atau harus dianulir, dan dihapus aja dari kitab Suci Al Qur’an, sebab ayat tersebut hanya dijadikan oleh kaum laki-laki sebagai alat pembenar untuk memuaskan nafsunya saja….. Kalau orang Islam sampai mempunyai pendirian dan pendapat yang seperti ini,….. keimanannya kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada Kitab Al Qur’an masih dipertanyakan, alias masih perlu diperbaiki lagi…..
Padahal kalau mau jujur, bahwa tidak sedikit yang berpoligami hidupnya rukun dan bahagia, dan tidak sedikit juga sebuah keluarga yang tidak berpoligami (istrinya cuma dan hanya satu) hidupnya tidak bahagia dan berantakan…..
Jadi kata kuncinya adalah, jangan aturannya yang disalahkan, apalagi aturan itu yang membuat adalah Allah subhanahu wata’ala, Tuhan yang menciptakan manusia, Tuhan yang tahu betul tentang sifat dan tabiat manusia yang diciptakannya, Tuhan yang mengerti betul apa dan bagaimana kebutuhan dan keperluan manusia. Tapi yang disalahkan adalah manusia itu sendiri yang belum kaffah, belum menyeluruh, belum konfrehensif, belum istiqomah dalam melaksanakan dan mengamalkan aturan Allah tersebut, makanya kalau manusianya sudah benar beriman dan benar taqwanya, hidup dalam poligami tidak masalah lagi, percayalah….. Insya Allah………
DA VINCI CODE, BIASA AJA……
Aku terima sms dari teman di Jakarta, menyampaikan bahwa film “da vinci code” yang baru diputar bagus untuk ditonton. Dia berharap aku memberikan “reaksi”, tapi aku merespon biasa saja, tidak aku respon sesuai harapan dia. Mungkin dia menganggap bahwa “misi “ dalam film itu akan menyampaikan sesuatu yang baru, padahal menurut aku tidak ada yang baru, semuanya biasa dan normal aja……. Bahwa (kalaupun benar) telah ditemukan fakta Nabi Isa alaihis salam pernah nikah, itu wajar dan normal, sebab beliau adalah manusia biasa, dan bahkan walaupun dari hasil pernikahan itu ternyata istri beliau melahirkan seorang anak sekalipun, sekali lagi, itu tetap wajar dan normal aja, sebab (sekali lagi) beliau adalah manusia biasa, manusia normal. Jadi bagi (orang) Islam, fakta tersebut biasa dan normal aja, tidak ada yang baru……..
Hanya saja orang Islam pasti akan bereaksi, apabila dikatakan bahwa Nabi Isa alaihis salam telah melakukan zinah (apalagi dengan seorang pelacur)……. Hal itu sekali lagi pasti akan diklarifikasi oleh orang Islam, sebab bagaimanapun juga seorang nabi Allah pasti tidak akan melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah, dan Nabi Isa alaihis salam adalah salah seorang nabi yang sangat dihormati oleh umat Islam.
Jadi film da vinci code ini sebenarnya tidak menguntungkan bagi (ummat) Islam….. malah ummat Islam harus tambah waspada, sebab setelah ini biasanya akan ada “sesuatu” yang akan mengejutkan bagi Ummat Islam. Silahkan renungkan QS Al Baqarah (2) ayat 120.
Minggu, 21 Mei 2006
bersegeralah.........
Tapi, apa yang harus disegerakan itu ? apa yang diburu itu ?
Di dalam ayat itu juga kita diberi informasi oleh Allah SWT untuk segera-sesegera mungkin mencapai ampunan Allah SWT, untuk cepat-cepat mengejar ampunan Allah SWT, untuk buru-buru memperoleh dan mendapatkan ampunan Allah SWT.
Sebagai bahan perbandingan, kita perlu mengetahui dan mengingat bahwasanya Rasulullah Nabi Muhammad saw, seorang manusia yang sempurna dan sebagai makhluk yang paling mulia dijagat raya ini, sebuah insan yang terjaga dari dosa, setiap harinya senantiasa masih saja memohon ampunan kepada Allah SWT, dan menurut riwayat disebutkan bahwa Nabi saw tidak kurang beristighfar sebanyak 70 kali dalam setiap harinya. Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa kaki sang Nabi saw sampai bengkak karena terlalu lama melakukan sholat malam. Semua itu dilakukan oleh Rasulullah saw dalam rangka ingin memperoleh dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Padahal, kita tahu bahwa beliau tidak berdosa, tapi masih saja minta ampun kepada Allah SWT. Subhanallah.
Kamis, 18 Mei 2006
MASIH ADAKAH PENDUDUK ASLI DAN PENDATANG?
"Tidak ada hijrah lagi setelah Mekkah ditaklukan. Yang tetap ada adalah jihad dan niat (kepada kebaikan). Maka jika kamu diseru menunaikannya, tunaikanlah” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebuah gejala yang sangat berbahaya bagi keutuhaan suatu bangsa apabila di jaman yang sudah sangat global ini masih ada dikotomi terhadap istilah “penduduk pendatang dan penduduk asli”.
Kenyataan tersebut wajar masih ada di masyarakat, apabila “rasa keadilan” belum bisa diwujudkan. Apabila masih ada “pembedaan” perlakuan ekonomi (apalagi hukum) terhadap suatu kelompok masyarakat, maka akan makin menambah “lebar” jarak antara penduduk pendatang dan penduduk asli. Apalagi para pendatang tersebut “dinilai lebih berhasil dan menguasai” dari pada penduduk asli, baik dibidang ekonomi maupun di dalam pemerintahan dan politik, jadilah penduduk asli merasa hanya menjadi penonton saja di daerahnya. Dan akan lebih parah lagi apabila penduduk asli “merasa” terjajah, disebabkan para pendatang tersebut hanya menjadikan daerahnya sebagai tempat bekerja dan mengeruk kekayaan saja, kemudian membawa hasilnya ke tempat asal para pendatang tersebut. Indikasi ke arah ini bisa dilihat dengan didirikannya organisasi yang dibentuk oleh penduduk asli, baik berupa forum atau ikatan persaudaraan/kekeluargaan.
Gejala yang lain yang dianggap kurang kondusif adalah kuatnya arus untuk menjadikan setiap kepala daerah, apakah itu gubernur, bupati/walikota, bahkan camat, harus orang daerah asli, dan sekarang malah melebar ke wilayah perusahaan, dimana terdapat tuntutan pimpinannya juga harus penduduk asli. Itulah yang diperjuangkan dan dituntut oleh organisasi atau forum penduduk asli tersebut. Makanya keberadaan organisasi-organisasi yang dibentuk berlatar “ikatan daerah asal” akan menimbulkan reaksi dengan didirikannya organisasi berlatar “ikatan penduduk asli”.
Untuk mengantisifasi kondisi yang demikian, 14 abad yang lalu Nabi Muhammad saw telah bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim seperti termaktub di awal tulisan ini, bahwa “Tidak ada hijrah lagi setelah Mekkah ditaklukan. Yang tetap ada adalah jihad dan niat (kepada kebaikan). Maka jika kamu diseru menunaikannya, tunaikanlah”. Artinya bagi orang Islam sebenarnya tidak ada istilah penduduk asli dan penduduk pendatang, yang tetap ada adalah berjuang dalam menegakkan amar makruf nahy munkar, yang tetap ada adalah berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairot), dalam rangka kemaslahatan umat, masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, dalam momen memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun ini, ada baiknya kita merenungkan kembali bagaimana Nabi Muhammad saw mengembangkan kehidupan berbangsa di Madinah dahulu, mengapa tidak ada tuntutan orang Madinah sebagai penduduk asli untuk menjadi pejabat? Mengapa orang-orang Madinah tidak ada yang menuntut untuk menjadi khalifah? Kenapa orang Mekah saja yang jadi khalifah?
Ada beberapa contoh teladan yang diperlihatkan oleh orang Mekah sehingga orang Madinah tidak “merasa iri” dengan orang Mekah pada saat itu antara lain:
Nabi Muhammad saw dan sahabat yang menjadi khalifah, tetap menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan, tidak memindahkan kembali ke Mekah.
Nabi Muhammad saw dan sahabat yang menjadi khalifah, tetap tinggal di Madinah, bahkan sampai mati dan berkubur di Madinah.
Nabi Muhammad saw dan sahabat yang menjadi khalifah, tidak ada membawa harta atau membangun rumah di Mekah.
Nabi Muhammad saw dan sahabat yang menjadi khalifah, dalam menegakkan hukum tidak sekali-kali membedakan antara orang Madinah dan orang Mekkah.
Empat contoh di atas yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dan sahabat yang menjadi khalifah, sehingga membuat orang Madinah sebagai penduduk asli merasa dihargai dan merasa rela saja dipimpin oleh orang Mekah.
Selasa, 16 Mei 2006
sekali lagi tentang kematian....
Dalam firman-Nya Allah SWT menjelaskan urut-urutan kepastian kematian ini, yang diawali dengan mengingatkan asal muasal kejadian manusia sbb:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sesuatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.” (QS.Al-Mu’minun:12-15).
Kita semua ini tidak lain adalah makhluk-makhluk yang sedang pasrah menuggu datangnya al-maut. Suka atau tidak suka. Siap atau pun tidak siap. Kematian akan datang juga. Mungkin nanti, besok, lusa atau bahkan setalah ini.
Karena kesibukan, orang sering dibuat lupa dengan sunatullah ini. Kesibukan sering mengantarkan orang lupa pada jadwal tetap yang pasti akan dialami. Kekagetan biasanya muncul setelah ada sanak-saudara atau tetangga yang meninggal. Pada saat itu baru muncul kesadaran bahwa panggilan bergilir ke alam baka masih terus berlanjut. Undangan kematian masih tetap datang.
Anehnya, banyak informasi kematian yang diterima baik melalui televisi, majalah, maupun koran, sering tidak menggetarkan hati. Bahkan kadang-kadang informasi atau berita tersebut kadang-kadang dinilai sebagai hiburan belaka. Berita perihal kematian – yang mengerikan sekalipun- tidak ubahnya dengan berita-berita yang lain seperti berita kasus politik atau kasus kriminal. Kematian yang menimpa masyarakat Aceh akibat badai tsunami misalnya, hampir seluruh orang turut terbelalak, menangis, bahkan ada yang histeris. Seolah-olah tidak yakin kalau hukum kepastian itu juga berlaku untuk semua orang. Mereka meranung dan meratap kenapa hal tersebut bisa terjadi, mengapa anak-anak atau balita harus meninggal dunia.
Lolongan itu justru aneh, karena lupa, dibalik itu masih ada jadwal panggilan untuk dirinya juga, sudah ada di depan matanya, tinggal beberapa saat lagi tiba gilirannya. Manusia terkadang memang lucu.
Sesungguhnya tidak ada yang istimewa dari peristiwa apapun di dunia ini. Tidak pula karena wafatnya orang terkenal, pemimpin dunia, publik figur, atau apapun namanya seorang TKW yang meninggal karena dianiaya oleh majikannya. Semuanya kembali pada perjalanan akhir yang bersangkutan, yaitu adakah nilai iman dan taqwa di dalam hatinya. Itulah bekal yang paling baik sekembalinya manusia setelah mengarungi hidup di dunia. Taqwa itulah bekal kembali yang paling baik setelah manusia berpulang ke alam baqa sana. Bila ada bekal taqwa, berarti ada bekal yang siap dibawanya untuk “melapor” di hadapan Tuhan.
Mengapa peristiwa kematian tidak banyak mengundang kesadaran kita? Padahal di sana lengkap terpampang sejumlah mayat yang bergelimpangan, juga dengan uraian-uraian kejadian yang kadang didramatisis media massa sehingga tampak begitu mengerikan? Mengapa jadi demikian?
Hal itu dikarenakan kita manusia telah begitu lelah menghadapi kehidupan ini. Manusia telah disibukkan oleh berbagai kegiatan mencari penghidupan yang membuatnya lupa. Juga dipadatkan oleh masalah yang bertumpuk. Masalah itu setiap hari semakin bertambah banyak. Karena kelelahan itulah, sehingga informasi yang datangnya dari kampung akhirat bukan bernilai pendidikan dan peringatan lagi bagi kita.
Menyangkut hal ini, salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw, “ Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah?” Nabi saw lalu bersabda :”Perbanyaklah mengingat kematian, maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklan do’a. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan do’amu akan terkabul.” (HR.Ath-Thabrani).
Ingat pada kematian akan membuat manusia punya kendali diri. Pangkal dari lupa dan keserakahan sebenarnya bermula dari sini, yaitu tidak ingat akan mati. Yang dibayangkan bagaimana bisa hidup lebih lama, bersenang-senang lebih banyak, dan dapat menghabiskan waktunya untuk bersuka ria dengan leluasa. Kalau ada jatah, bahkan minta umurnya lebih lama hingga seribu tahun!
Yang serakah bertambah keserakahannya, yang rakus semakin rakus dan yang zhalim semakin bertambah-tambah kezhalimannya. Kecendrungan ke arah sana dimiliki oleh siapa saja, lebih terkhusus oleh mereka yang lupa dengan al-maut.
Rasulullah saw bersabda :”Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan.” (HR.Ath-Thabrani)
Seandainya kematian ini telah dipetik sebagai pelajaran (guru), maka hati manusia secara otomatis akan terkendli. Kecurangan, kerakusan, kesombongan dan berbagai bentuk penyakit hati yang bersarang di dada akan dibunuh oleh takutnya pada mati.
Sebagus apapun rupa, pada akhirnya akan binasa. Secantik bagaimanapun isteri yang kita miliki, anak yang kita senangi, perhiasan dan istana yang ada, semua akan ditinggalkan juga. Semuanya akan diakhiri oleh kematian.
Karena hukum pastinya kematian ini, Nabi saw. Mengingatkan agar dalam pergaulan kita tidak mudah tertipu oleh bayang-bayang. Kita tidak diperbolehkan memvonis seseorang itu baik atau jahat, beruntung atau celaka. Karena kunci dari semua itu adalah pada ujung pejalanan hidupnya.
“Janganlah kamu mengagumi amal seorang, sehingga kamu dapat menyaksikan hasil akhir kerjanya.” (Ath-Thusi Ath-Thabrani).
Boleh jadi kita sering heran. Tidak jarang orang yang kelihatan baik-baik, rajin beribadah dan puasa, meninggal dalam keadaan bermaksiat. Sementara di sisi lain, kita juga menjumpai kasus yang tidak masuk akal, karena orang yang semula kita katakan brengsek, suka mengganggu ketentraman lingkungan, bahkan dalam kalkulasi hitungan kita, tidak pernah ada bayangan bakal mencium bau syurga sekalipun, justru mengakhiri hidupnya dengan husnul-khatimah.
Tapi kasus-kasus seperti itu bukan untuk membuat kita ragu dan plin-plan. Pegangan hidup kita harus tetap jelas dan istiqomah. Menegakkan kepribadian Islam sama sekali tidak boleh surut, dengan tetap menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk diri kita dan lingkungan.. Karena Allah SWT tetap maha Adil. Kalau Dia memutuskan untuk memberi hidayah terhadap seseorang, maka tentulah ada pada diri seseorang itu nilai yang baik yang layak sebagai landasan pemberian hidayah itu. Ketentuan dan kehendak Allah di luar kaidah apapun yang dikenal manusia, hanya saja Allah menunjukkan cara yang bisa dipahami, misalnya dengan kaidah sebab-akibat.
Semua terjadi karena kehendak Allah terhadap makhluk-Nya agar sunnah-Nya dipelajari, direnungkan, dan dihayati apa makna-maknanya. Dan yang terpenting agar kita dijauhkan dari akhir kehidupan yang rugi dan sia-sia, yaitu suul khatimah. Marilah kita ingat sekali lagi, bahwa kita akan mati, dan mungkin saja itu terjadi besok pagi.(Alqolam)
Minggu, 14 Mei 2006
Tabloid Polygami akan terbit?
Jakarta, Rakyat Merdeka. Desas-desus segera beredarnya Tabloid Poligami yang belakangan ini mulai menjadi kekhawatiran publik terutama kaum perempuan disambut Dewan Pers dengan hati-hati. Sikap mereka nyaris sama saat majalah Playboy versi Indonesia akan terbit.
“Silakan saja jika ingin terbit, cuma apakah akan melanggar kode etik jurnalistik itu baru bisa kita sikapi saat mereka terbit. Susah bagi kita menilai kalau saat ini,” ujar anggota Dewan Pers, Leo Batubara kepada Rakyat Merdeka usai menjadi saksi ahli sidang Sarah Azhari di PN Jakarta Barat, Senin (8/5) siang tadi.
Nama tabloid milik pengusaha Ayam Bakar Wong Solo, Puspo Wardoyo yang bersentuhan dengan istilah yang selama ini dianggap tabu oleh kaum perempuan pun belum bisa dianggap Dewan Pers sebagai senjata untuk melarang penerbitannya.
Leo mencontohkan saat majalah Playboy versi Indonesia akan terbit, nama Playboy sendiri sudah identik dengan majalah serupa terbitan Amerika yang isinya penuh dengan foto-foto wanita telanjang. Namun Dewan Pers tetap menunggu majalah itu terbit dan baru memberikan fatwanya. “Konsumennya kan ada dan dilindungi undang-undang. Jadi sah-sah saja,” lanjutnya.
Kecaman justru datang dari kalangan aktivis perempuan yang diwakili Ketua LBH Apik, Ratna Baramurti. Ratna mengancam melancarkan somasi jika penerbitan tabloid ini tetap dilakukan karena dianggap mampu menyebarluaskan ajaran poligami dan membodohi perempuan Indonesia. “Tabloid ini merupakan ancaman bagi perempuan Indonesia,” tegasnya.
Poligami sendiri dipandangnya sangat bertentangan dengan perjuangan kesetaraan gender dan hukum Indonesia, yaitu Undang-Undang Perkawinan tahun 1974 tentang kesetiaan pasangan suami istri baik soal kebutuhan lahir dalam batin.
Sedangkan, Redaktur Pelaksana Tabloid Poligami, Dastro saat dihubungi mengatakan, selama ini masyarakat melihat Poligami dari sudut pandang yang negatif alias buruk, seperti yang terjadi pada artis Angel Lelga dan Mayangsari.
“Padahal mereka punya pemikiran-pemikiran yang jernih dan bagus dari mereka, soal kenapa memilih menerima Poligami,” jelasnya.
Rencananya Tabloid Poligami ini sendiri akan terbit 18 halaman. Dalam terbitan perdananya akan memunculkan profil kalangan intelektual dan artis yang menjadi pelaku-pelaku poligami seperti, bekas istri ketiga Rhoma Irama, Angel Lelga. (iga)
Laporan: Dudy Novriansyah
Sumber : rakyatmerdeka.co.id
Catatan Pak Aming
1. Aku ucapkan kepada Tabloid Polygami "Marhaban, ahlan wasahlan, semoga bermanfaat dan membawa keberkahan dan pencerahan bagi kehidupan umat Islam di Indonesia"
2. "Poligami sendiri dipandangnya sangat bertentangan dengan perjuangan kesetaraan gender dan hukum Indonesia, yaitu Undang-Undang Perkawinan tahun 1974 tentang kesetiaan pasangan suami istri baik soal kebutuhan lahir dalam batin".
Aku tidak sependapat dengan pandangan yang demikian, sebab itu sama saja menyatakan bahwa poligami sebagai ajaran Al Qur'an bertentangan dengan perjuangan kesetaraan gender dan hukum Indonesia tersebut. Padahal tidak demikian, sebab Ajaran dan aturan Al Qur'an yang dibuat oleh Allah SWT, Tuhan yang tahu betul tentang tabiat dan sifat manusia (sebab Dia yang mencipta manusia) pasti benar dan betul, makanya kalau sepertinya bertentangan, maka pasti yang salah adalah ajaran dan aturan yang dibuat manusia.
Sabtu, 13 Mei 2006
Photo Keluarga Ibuku
Jumat, 12 Mei 2006
Mengingat peristiwa 12 mei
Kalau boleh putus asa, mungkin saat inilah waktunya untuk berputus asa, tapi karena ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW melarang dan mengharamkan sikap putus asa, maka kita tidak boleh berputus asa, walau bagaimanapun buruknya keadaan, sebab dibalik kesusahan ada kemudahan, artinya dibalik kesengsaraan ada kebahagiaan, asal saja yang pertama kita semua harus menyadari bahwa kita telah banyak dosa, oleh karena itu harus betul-betul bertobat kepada Allah SWT. Yang kedua kita semua harus menyadari bahwa aturan yang dibuat oleh manusia bagaimanapun bagusnya menurut manusia, kalau tidak bersumber dari aturan Tuhan Allah SWT apalagi bertentangan, pasti tidak akan sanggup dan mampu membawa kebahagiaan yang hakiki bagi manusia itu sendiri, bahkan yang terjadi adalah kesusahan, ketidak adilan, rasa tidak aman dan tidak tentram.
Kamis, 11 Mei 2006
Ingin bahagia, jangan serakah
Persoalannya yaitu kenapa dijaman yang sudah (katanya) modern ini, manusia masih belum mampu mengelola hal tersebut dengan baik? Menurut saya karena kita manusia sangat serakah. Alam dieksploitasi secara besar-besaran tanpa mempedulikan kelestariannya. Orang yang serakah ialah orang yang tidak mau mempedulikan orang lain. Orang yang berlaku demikian disebut sebagai orang yang dlolim, maka kalau sudah demikian, kebahagiaan dan kesejahteraan akan sangat sulit terwujud dalam kehidupan ini. Makanya kalau ingin hidup bahagia dan sejahtera syaratnya jangan serakah.
Selasa, 09 Mei 2006
LUAR BIASA!?
Luar biasa! Mungkin itulah ungkapan yang dapat dikatakan untuk mengomentari terhadap kemajuan teknologi dan begitu pula sebaliknya hanya kata Luar biasa! untuk kemunduran atau bahkan keruntuhan akhlaq perilaku manusia dewasa ini. Mengapa demikian? Berita paling akhir (semoga saja ini yang terakhir) yang hangat yaitu beredarnya film adegan porno yang dilakukan oleh mahasiswa di Samarinda. Kemajuan teknologi menjadikan film tersebut super sangat cepat beredar di internet dan handphone, sedang keruntuhan akhlaq perilaku manusia menjadikan perbuatan tersebut ternyata dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi yang belum menikah (lebih gilanya lagi dilakukan tiga orang) dan difilemkan yang katanya untuk dokumen pribadi.
Kalau mencermati kejadian-kejadian yang sepertinya sudah merata di seluruh Indonesia ini, hal ini merupakan fenomena gunung es, artinya yang kelihatan itu hanya sedikit, padahal yang tidak kelihatan itu sangat-sangat banyak, dan sudah biasa di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena kita tidak bisa membentengi diri dari serangan pengaruh kebudayaan negatif dan sangat buruk dari luar. Bahkan yang lebih parah lagi ternyata kita tidak bisa membedakan mana yang jelek dan baik, mana yang buruk dan bagus, mana yang negatif dan positif, mana yang salah dan benar, mana yang haram dan halal. Pengaruh dari luar semua diterima tanpa disaring dahulu, karena semua dianggap baik, positif, benar, bagus dan halal. Oleh karena itu dimata anak-anak dan remaja sekarang ini tidak ada lagi pembedaan itu, semua sama dipandangan mereka. Bagi anak-anak dan remaja sekarang ini, hamil tidak nikah biasa.
Satu-satunya jalan (tidak ada jalan lain) untuk mengatasi hal itu semua adalah dekati Al Qur’an, jangan tinggalkan Al Qur’an dan jadikan Muhammad saw satu-satunya (tidak ada yang lain) sebagai maha guru dan contoh tauladan utama dalam mengarungi hidup di dunia ini. Kalau hal ini dilakukan dengan benar, jujur dan kaffah oleh bangsa Indonesia yang beragama Islam, maka demi Allah yang nyawaku berada digenggaman-Nya, pasti Indonesia akan Baldatun Thoyibatun Warabbun Ghaffur. Wallahu ‘alam.
Senin, 08 Mei 2006
“Di atas langit, masih ada langit”
Selasa, 02 Mei 2006
pelajaran menunggu hujan
Dari kejadian di atas maka aku dapat pelajaran bahwa kalau mau kemana-mana paling tidak harus bawa buku. Terima kasih hujan………
Minggu, 30 April 2006
Din: Pancasila Sebagai Dasar Negara RI Sudah Final
Pancasila adalah bentuk final dan ideal bagi rakyat
majemuk atas dasar agama, suku dan bahasa.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin
dalam diskusi publik yang diselenggarakan USINDO (Persahabatan
Amerika-Indonesia) di National Press Club, Washington DC, Jumat,
menyampaikan hal itu ketika menjawab pertanyaan dalam diskusi itu
tentang ide negara Islam atau negara syariat Islam yang diajukan
sejumlah kalangan umat Islam di Indonesia.
Din kepada Antara, Sabtu, mengatakan Negara Pancasila adalah ijtihad
politik para pendiri bangsa termasuk tokoh-tokoh Islam. Ketua
Pimpinan Pusat Muhammadiyah waktu itu, Ki Bagus Hadikusumo, adalah
orang yang paling berjasa mengubah tujuh kata, "Dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" menjadi "Ketuhanan yang
Maha Esa" seperti sekarang ini.
Namun, kata Din, semua pihak tidak perlu alergi terhadap adanya
gagasan negara Islam maupun negara syariat Islam, karena dalam
perspektif demokrasi semua kelompok masyarakat punya hak untuk
berpendapat selama disalurkan lewat mekanisme konstitusional di
lembaga demokrasi seperti DPR/MPR.
Ceramah dan dialog Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang juga
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat ini disambut antusias
para tokoh Amerika yang terdiri dari mantan diplomat, anggota
konggres dan pengusaha.
Mereka gencar bertanya tentang masa depan demokrasi di
terkait kendala radikalisme Islam.
Din Syamsuddin meyakinkan mereka bahwa andil umat Islam sangat besar
dalam mendorong demokratisasi
radikalisme agama tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan karena
hal itu adalah gejala temporer yang akan berkurang jika sumber-
sumber penyebabnya diatasi, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan
ketidakadilan.
Din sangat yakin, selama arus tengah Islam, seperti Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama dan organisasi
dan berperan maka Islam
Oleh karena itulah lanjut Din, Muhammadiyah tengah berbenah diri
melakukan konsolidasi dan revitalisasi diri menjadi gerakan
kebudayaan dan peradaban dinamis dengan pusat-pusat keunggulan
strategis.
Dalam pertemuan dengan utusan khusus pemerintah Amerika Serikat
tentang kebebasan beragama, John Hanford, Din meyakinkannya bahwa
kebebasan beragama sangat dijunjung tinggi oleh Islam. Dia lalu
mengutip ayat al-Qur'an yang menyatakan "Tidak ada paksaan dalam
beragama".
Karenanya umat Islam
dalam hidup berdampingan secara damai. Sulit dibayangkan
seperti sekarang ini tanpa toleransi umat Islam sebagai kelompok
mayoritas.
Bahwa adanya gejala konflik dewasa ini, menurut Din, lebih
disebabkan karena adanya segelintir orang di kalangan umat berbagai
agama, baik Islam maupun Kristen, yang fundamentalis dan kurang
memahami asas hidup koeksistensi dalam masyarakat majemuk, disamping
masih lemahnya negara dalam penegakan hukum.
Kunjungan 10 hari Din Syamsuddin masih berlanjut dan direncanakan
hari ini dia berceramah dan berdialog dengan masyarakat
KBRI Washington DC, dan pada 1 Mei berceramah di almamaternya UCLA
tentang "Islam and the Future of Democracy in
CATATAN PAK AMING
Terlalu gegabah menyatakan Ki Bagus Hadikusuno adalah orang yang paling berjasa mengubah tujuh kata, "Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa" seperti sekarang ini. atau malah kesalahan besar tokoh-tokoh Islam pada saat itu. Yang jelas kita sekarang ini sulit memperoleh cerita yang “sahih” seputar penghapusan 7 kata tersebut.
Itulah
Oleh karena itu, saya pikir tidak perlu kita terlalu berlebih-lebihan terhadap amerika, apalagi sampai berkunjung kesana segala, untuk memberikan penjelasan. Amerika bukan atasan kita, amerika bukan bos kita.