Salurkan Infaq Anda untuk PEMBANGUNAN GEDUNG MADRASAH DINIYAH MUHAMMADIYAH SIDOMULYO KEC.ANGGANA KAB.KUKAR melalui: BRI UNIT ANGGANA No. Rek. 4565.01.003179.53.3 a.n. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

AmirHady RadioOnline

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

lazada

Minggu, 22 Agustus 2010

Keluarga Lumpuh



Bayangkan kalau semua anak Anda menderita lumpuh. Tentu, Anda akan sangat bingung dengan masa depan mereka. Di Purwakarta, ada seorang ibu yang bukan hanya empat anaknya yang lumpuh. Melainkan juga, suami yang menjadi tulang punggung keluarga. Allahu Akbar.

Hal itulah yang kini dialami seorang ibu usia 70 tahun. Namanya Atikah. Di rumahnya yang sederhana, ia dan keluarga lebih banyak berbaring daripada beraktivitas layaknya keluarga besar.

Mak Atikah bersyukur bisa menikah dengan seorang suami yang alhamdulillah baik dan rajin. Walau hanya sebagai pencari rumput, Mak Atikah begitu menghargai pekerjaan yang dilakoni suaminya. Bahkan, tidak jarang, ia membantu sang suami ikut mencari rumput.

Beberapa bulan setelah menikah, tepatnya di tahun 1957, Allah mengaruniai Mak Atikah dengan seorang putera. Ia dan suami begitu bahagia. Ia kasih nama sang putera tercinta dengan nama Entang.

Awalnya, Entang tumbuh normal. Biasa-biasa saja layaknya anak-anak lain. Baru terasa beda ketika anak sulung itu berusia 10 tahun.

Waktu itu, Entang sakit panas. Bagi Mak Atikah dan suami, anak sakit panas sudah menjadi hal biasa. Apalagi tinggal di daerah pedesaan yang jauh dari pelayanan medis. Entang pun dibiarkan sakit panas tanpa obat.

Panas yang diderita sang anak ternyata kian hebat. Tiba-tiba, Entang merasakan kalau kakinya tidak bisa digerakkan. Setelah dicoba beberapa kali, kaki Entang memang benar-benar lumpuh.

Musibah ini ternyata tidak berhenti hanya di si sulung. Tiga adik Entang pun punya gejala sakit yang sama dengan sang kakak. Dan semuanya sakit di usia SD atau kira-kira antara 7 sampai 10 tahun. Satu per satu, anak-anak Mak Atikah menderita lumpuh.

Usut punya usut, ternyata anak-anak yang tinggal di Desa Cileunca, Kecamatan Bojong, Purwakarta itu sebagian besar terserang penyakit polio. Tapi, semuanya sudah serba terlambat. Lagi pula, apa yang bisa dilakukan Mak Atikah dengan suami yang hanya seorang pencari rumput.

Sejak itu, Mak Atikah mengurus empat anaknya sekaligus seorang diri. Dengan sarana hidup yang begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan, keluarga ini mengarungi hidup puluhan tahun dengan kesibukan anak-anak yang lumpuh.

Ujian Allah buat Mak Atikah ternyata tidak berhenti sampai di situ. Di tahun 90-an, giliran suami Bu Atikah yang mengalami musibah. Saat mencari rumput, Pak Didin terjatuh. Orang-orang sekitar pun menggotong Pak Didin pulang. Dan sejak itu, Pak Didin tidak bisa lagi menggerakkan kaki dan tangannya. Ia cuma bisa berbaring.

Lalu, bagaimana dengan pemasukan keluarga kalau sang suami tidak lagi bisa berkerja. Bu Atikah pun tidak mau diam. Kalau selama ini ia hanya bisa mengurus anak-anak di rumah, sejak itu, ibu yang waktu itu berusia hampir enam puluh tahun pun menggantikan sang suami dengan pekerjaan yang sama. Di usianya yang begitu lanjut, Bu Atikah mengais rezeki dengan mencari rumput.

Sehari-hari, ia berangkat pagi menuju tanah-tanah kosong yang dipenuhi rumput. Ia kumpulkan rumput-rumput itu dengan sebilah arit, kemudian dibawa ke pemesan. Tidak sampai sepuluh ribu rupiah ia kumpulkan per hari dari mencari rumput. Dan itu, ia gunakan untuk mengepulkan asap dapur rumahnya. Hanya sekadar menyambung hidup.

Di bulan Mei tahun ini, sang suami yang hanya bisa berbaring dipanggil Allah untuk selamanya. Kini, tinggal Mak Atikah yang mengurus keempat anaknya yang tidak juga sembuh dari lumpuh.
Allah menguji hambaNya dengan sesuatu yang mungkin sulit untuk dicerna pikiran orang lain. Subhanallah. (saad/mnh)
http://www.eramuslim.com/hikmah/kisah-hati/keluarga-lumpuh.htm

Warga Muslim New York Tuntut Libur Idul Fitri dan Idul Adha


Warga muslim di New York saat melakukan shalat Idul Fitri di Masjid Baitul Ma'Mur di Brooklyn, New York, 20 September 2009. Di kota New York diperkirakan terdapat kurang lebih 600.000 warga muslim.

Rabu, 18 Agustus 2010, 07:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,Tidak seperti di Indonesia, di Amerika, pemerintah daerah menentukan hari libur sekolah di wilayahnya. Tuntutan warga Muslim kota New York ditujukan pada pemerintah kota New York, tempat bermukim sekitar 600.000 warga Muslim.

Hingga kini, Natal adalah satu-satunya hari libur keagamaan yang diakui sebagai hari libur resmi nasional di Amerika Serikat. Murid yang beragama Islam terpaksa bolos saat Idul Fitri dan mengaku kewalahan saat masuk sekolah keesokan harinya karena ketinggalan pelajaran.

Beberapa kota lain di Amerika seperti Dearborn, di negara bagian Michigan dan empat kota di negara bagian New Jersey telah meloloskan undang-undang menjadikan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur sekolah. Anggota dewan kota New York yang beragama Islam, Robert Jackson, yakin perundangan ini bisa lolos di kota New York.

Permohonan ini sudah diproses namun belum mendapat persetujuan Walikota New York Michael Bloomberg. Menurut Bloomberg, populasi Muslim kota New York tidak cukup untuk meloloskan kebijakan baru ini. Banyak warga dan pejabat kota yang positif kalau kebijakan untuk menjadikan hari Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur sekolah akan terwujud.

Selain mendapat dukungan dari pejabat kota, perjuangan warga Muslim di kota New York ini juga didukung oleh tokoh-tokoh agama Kristen dan Yahudi. Sekitar 12 persen dari 8 juta warga kota New York, atau sekitar 960.000, beragama Yahudi.

Muslim Jerman Berpuasa Selama 18 Jam dalam Sehari | Republika Online


Muslim Jerman Berpuasa Selama 18 Jam dalam Sehari | Republika Online

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Puasa selama 18 jam sehari? Tentu sangat mengagetkan buat muslim Indonesia yang umumnya menjalani puasa di bulan Ramadhan selama 13 jam. Kekagetan itu dirasakan warga Indonesia, Erwida Maulia yang satu bulan ini mendapatkan kesempatan kursus dari pemerintah Jerman.

''Awalnya, pertama tahu bahwa kami harus puasa selama 18 jam (sepanjang musim semi), kami agak shock. Tapi, saya dan teman Indonesia yang satu itu bertekad akan mencoba dulu untuk betul-betul menjalaninya sesuai dengan waktu sini,'' tuturnya dari Berlin, Jerman, Kamis (19/08) dini hari waktu setempat.

Soal puasa di Jerman, tadinya Wida dan teman-teman satu kursus yang beragama Islam dari Indonesia dan Afrika ingin mencoba berkomunikasi dengan komunitas muslim di Jerman. Hanya, mereka pun tak sempat berkenalan dengan komunitas itu. Akhirnya, mereka pun mencari tahu dimulainya bulan Ramadhan dari situs internet www.islamicfinder.org. Situs internet itu ternyata sangat berguna untuk mengetahui waktu shalat di berbagai kota di dunia, termasuk arah kiblat.

''Sepertinya, mereka mengambil patokan mulainya puasa di Makkah. Jadi kami mulai puasa hari Rabu minggu lalu (11/08/2010),'' sambungnya.

Meski pun kaget dengan lamanya puasa di Jerman, dia dan teman se-Indonesianya bertekad terus menjalaninya. Sampai hari ini, mereka pun berhasil menjalaninya. ''Delapan hari Ramadhan sudah berlalu, dan ternyata alhamdulillaah kami kuat; bisa puasa dari sekitar pukul 03.00 sampai hampir pukul 21.00, hingga hari ini.''

Kenapa bisa kuat? Dia mengatakan, semua itu didasari dari niat. Selain itu, ada faktor lain yang ikut mendorongnya, yaitu cuaca. Sebetulnya, karena cuaca di sini cukup mendukung. Biarpun musim panas, di Hamburg (di mana dia tinggal sampai Jum'at, pekan lalu) dan di Berlin (tempatnya saat ini) udaranya sangat sejuk.

''Jadi, cuacanya enggak bikin kita cepat haus. Kalau mesti puasa 18 jam di tempat kayak Jakarta, yang udaranya amat panas, mataharinya menyengat, kayaknya sih enggak bakal sanggup,'' katanya sambil tertawa.

Ada lagi yang masih jadi tantangan buat Wida adalah justru waktu shalat. Karena, dia terlalu terbiasa dengan waktu shalat yang sangat teratur di Indonesia, akibatnya dia mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan waktu shalat di Jerman.

''Bayangkan waktu subuh sekitar pukul 03.00 dan berakhir sekitar 05.30. Lalu Zuhur pukul 13.00, Ashar pukul 17.30, Maghrib hampir pukul 21.00, dan Isya hampir pukul 24.00,'' rincinya.

Waktu yang dirasakannya sulit adalah shalat Isya. Kalau mereka sholat Isya dan tarawih dulu baru tidur, kemungkinan besar sahurnya kesiangan, karena hanya tidur sekitar dua jam. ''Kalau tidur dulu, lalu baru bangun sahur, shalat isya dan tarawih, khawatir kebablasan dan waktunya terlalu mepet. Jadi, yah agak-agak 'trial and error' di sini.''

Wida mengaku tak pernah shalat di mesjid di Berlin. Soalnya, lokasi mesjidnya jauh dari lokasinya menginap dan juga jadwal pelatihan yang padat.

Tantangan yang lain adalah karena dia dan teman-temannya harus beraktivitas di sekitar orang-orang yang tidak tahu tentang puasa Ramadhan. Mereka sepertinya sangat kaget bahwa muslim harus puasa, tak makan dan minum selama 18 jam.

Kadang-kadang, tambah Wida, mereka menganjurkannya dan teman-teman kursus yang muslim untuk menunda puasanya di tanah air saja. Bahkan, kadang-kadang kalau ada di antara peserta Muslim yang mengantuk selama pelatihan, puasanya yang disalahkan, walau tak disampaikan secara langsung. ''Meskipun, sebagian besar sebetulnya ngantuk karena alasan yang lain, seperti memang suka bawaan ngantuk kalau pagi-pagi, atau karena malamnya habis main internet-an sampai hampir begadang, atau sebab-sebab yang lain.''

Tentu saja kalau puasa begini, Wida jadi kangen masakan ibunya di rumah. ''Kangen gorengan, teh manis hangat, dan es campur yang hampir selalu jadi menu berbuka di rumah. Aku juga kangen makan bakso habis shalat tarawih di Tangerang,'' tawanya sambil berharap, di akhir-akhir puasa, dia masih sempat mencicipi makanan kesukaannya itu.

Soal makanan halal di sana, dia tak menemukan banyak kendala. Umumnya, jurnalis salah satu media nasional di Jakarta ini umum memilih menu seafood supaya aman dan kadang-kadang disediakan makanan vegetarian. ''Waktu di Hamburg panitianya kadang nyediain ayam atau daging halal, jadi lumayan juga. Tapi di Berlin sini, cari makan sendiri. Jadi, kalo lagi kangen ayam atau daging, aku cari kedai kebab Turki yang biasanya pasang logo halal.''

Selama di Berlin, dia sangat berharap bisa mengunjungi pameran tentang Ramadhan di kota itu. Di Berlin ada pameran besar dalam rangka Ramadhan. Judulnya 'Nights of Ramadhan', yang berlokasi di Museum Island, Berlin. ''Berencana berkunjung ke sana, tapi belum sempat, nih.''

Dia pun sempat bertemu adiknya yang tinggal di Zwolle, Belanda di Hamburg. Adiknya itu juga agak kaget dengan lamanya puasa kali ini. Dia sudah tiga tahun di Belanda yang puasanya bahkan lebih pendek waktunya dari Indonesia. ''Dia sempat mengeluh pusing di hari pertama Ramadhan, tapi setelah diinterogasi ternyata itu karena dia enggak sahur. Jadi, aku bilangin dia supaya sahur yang benar, dan sekarang sepertinya dia lebih segar menjalani puasa.''

Dari semua yang dialaminya dalam berpuasa, Wida merasa belum bisa ibadah maksimal di sana. Dikiranya, ini karena masalah kebiasaaan saja, terlebih lagi, dengan perbedaan waktu Indonesia dan di Jerman. ''Aku enggak biasa sama pukul 19.00-20.00 yang masih terang benderang. Sering banget jadi lupa kalau itu sebetulnya sudah malam dan kami di sini masih aja beraktivitas seakan-akan masih siang.''
Red: Siwi Tri Puji B
Rep: Dewi Mardiani

Kamis, 12 Agustus 2010

Hukum Melafalkan Niat Berpuasa


Hukum Melafalkan Niat Berpuasa
Segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang baik hingga hari kiamat. Amma ba'du:
Para pembaca yang dirahmati Allah Ta’alaa!
Puasa merupakan ibadah yang mana setiap ibadah harus disertai dengan niat jika kita ingin ibadah kita sah diterima Allah Ta’alaa. Namun perlu kita ketahui bahwa melafalkan niat dalam ibadah tidak disyariatkan karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maupun salah seorang shahabatnya radhiallahu anhum, dan itu merupakan hal-hal yang baru ada di zaman terakhir sejak zaman salaful shalih yang dipuji oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“sebaik-baik abad adalah abadku kemudian yang sesudahnya kemudian yang sesudahnya” Hadits shahih
Demikian juga karena hakikat niat adalah: kehendak secara mutlak, yaitu kehendak melakukan perbuatan, dan tempatnya di dalam hati bukan lisan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya”, beliau tidak mengatakan tergantung lafalnya atau bunyinya, dan itu diperkuat dengan beberapa hal:
1- Firman Allah Ta’alaa:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ


"Wahai orang-orang yang beriman apabila kalian hendak melakukan shalat maka basuhlah wajah kalian." (QS. Al-Maidah: 6)
Ayat di atas menunjukkan bahwa karena kehendak tempatnya dalam hati maka Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk langsung membasuh wajah, bukan memerintahkan untuk melafalkan niat terlebih dahulu.
2- Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada orang yang keliru dalam shalatnya: “Jika engkau hendak shalat maka sempurnakanlah wudhu kemudian menghadaplah ke arah kiblat lalu bertakbirlah” Hadits shahih.
Beliau tidak memerintahkannya untuk melafalkan niat, meskipun ketika itu dalam posisi mengajari orang yang jahil, dan lafal pertama yang beliau perintahkan: bertakbirlah, seandainya melafalkan niat disyariatkan tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskannya, tetapi karena niat tempatnya dalam hati, dan itu dapat dicapai dengan kehendak melakukan perbuatan yang beliau jelaskan dengan sabdanya: “Jika engkau hendak shalat” beliau memerintahkannya dengan kewajiban pertama yang dilafalkan yaitu ucapan: Allahu Akbar.
3- Demikian juga yang dipahami oleh para shahabat radhiallahu anhum, di mana mereka tidak pernah melafalkan niat ketika hendak melakukan suatu amalan, bahkan mereka mengingkarinya, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Umar radhiallahu anhu:
Telah shahih riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu anhu ketika beliau mendengar seseorang yang hendak berihram mengucapkan: "Ya Allah sesungguhnya saya hendak melakukan haji dan umrah." Maka beliau berkata: "Apakah kamu hendak memberitahukan kepada manusia? Bukankah Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu?" (Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi:5/40).
Maka tidak boleh melafalkan niat meskipun ketika hendak melaksanakan haji dan umrah.
Tidak boleh mengucapkan ketika hendak berihram: "Ya Allah sesungguhnya aku hendak melaksanakan haji dan umrah," namun hanya disyariatkan mengucapkan talbiyah untuk haji dan umrah secara bersamaan atau salah satunya.
Dan ini bukanlah termasuk melafalkan niat karena kedudukannya seperti Takbiratul Ihram ketika masuk kedalam shalat.
Demikian juga ketika hendak berpuasa, tidak perlu mengucapkan niat apalagi secara berjamaah dengan dipimpin seseorang:
Nawaitu souma godhin ‘an adaa i, fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi ta’aalaa

"Aku niat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’alaa."
Bahkan tidak perlunya melafalkan niat merupakan madzhab para imam terdahulu seperti Imam Ahmad, Syafie, Malik dan Abu Hanifah rahimahumullah ajma’in.
Berkata Ibnu Abil ’Izz Al-Hanafi rahimahullah: (Tidak seorangpun dari para imam yang empat, tidak imam Syafie atau yang lainnya menyaratkan pelafalan niat karena niat tempatnya dalam hati berdasarkan kesepakatan mereka, kecuali sebagian ulama mutaakhirin dari mereka yang mewajibkan pelafalan niat dan mengeluarkan satu sisi pendapat dalam madzhab imam Syafie? Imam Nawawi rahimahullah berkata: Dan itu keliru. Selesai. Karena telah didahului dengan ijma’) Lihat kitab Al-Itba’ hal:62.
Seperti dikatakan dalam kitab Al-Qaulul Mubin karangan Syeikh Masyhur bin Hasan hafidhahullah: "Sungguh telah keliru Abu Abdullah Az-Zubairi rahimahullah dari kalangan madzhab Syafiiyah ketika menukil dari Imam Syafie rahimahullah sehingga mengeluarkan satu sisi pendapat dari perkataan Imam dengan sangkaan bahwa beliau mewajibkan pelafalan niat dalam shalat." Dan sebab kekeliruan beliau adalah kurang memahami perkataan Imam Syafie karena perkataan beliau secara nas adalah: ((apabila berniat untuk haji dan umrah maka sudah cukup, meskipun tidak melafalkan, dan tidak seperti shalat yang tidak sah kecuali dengan melafalkan)) [Al-Majmu’ 3/243].
Imam Nawawi berkata: ((berkata para sahabat kami: yang mengatakan ini telah keliru, karena maksud Imam Syafie dengan melafalkan dalam shalat bukan ini, tetapi maksudnya Takbir)) [ibid].
Jadi kesimpulannya bahwa melafalkan niat tidak disyariatkan dan merupakan perkara yang baru yang sebaiknya kita hindari.
Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada kita untuk beramal dibulan Ramadhan ini sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam.(ar/voa-islam.com) Rabu, 11 Aug 2010

Jumat, 06 Agustus 2010

Muhammadiyah: 11 Agustus Mulai Puasa Ramadhan


Jumat, 30 Juli 2010 | 20:27 WITA
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Yamin

SAMARINDA , tribunkaltim.co.id - Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan Puasa Ramadhan dimulai pada tanggal 11 Agustus 2010. Hal ini sesuai dengan maklumat yang dikeluarkan dengan nomor 05/MLM/I.E/2010 yang ditandatangani Ketua Umum Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum Agung Danarta tertanggal 16 Juli 2010.

Penetapan awal bulan Hiriyah, Muhammadiyah berpegangan pada metode hisab atau penghitungan. Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltim, Ir Amir Hady menjelaskan pedoman yang dipegang Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan adalah Hisab Hakiki wujudul Hilal.

“Ijtimak atau konjungsi terjadi pada tanggal 10 Agustus 2010 bertepatan dengan 29 Syaban pada pukul 10.09.17. Saat matahari terbenam di Yogyakarta , hilal berada di atas ufuk dengan ketinggian dua derajat. Itu artinya sudah masuk bulan baru dan keesokan harinya sudah Ramadhan,” terang Amir, Jumat (30/7/2010)

Sementara itu, lanjut Amir, Muhammadiyah juga sudah menentukan 1 Syawal 1431 Hijriyah yakni jatuh pada tanggal 10 September 2010.

Dengan metode yang sama, ijtimak menjelang Syawal 1431 Hijriah terjadi pada 8 September 2010 pukul 17.31.01 WIB. Saat matahari terbenam di Yogyakarta hilal belum wujud. Di seluruh wilayah Indonesia , hilal juga masih di bawah ufuk."Berdasarkan hasil hisab tersebut, PP Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Syawal 1431 H jatuh pada Jumat, 10 September 2010 M," ujar Amir.

Menjelang memasuki Ramadhan, ia mengimbau warga Muhammadiyah tetap menjaga niat dan kemurnian ibadah puasa dan ibadah lainnya sesuai ajaran Islam. Himbauan yang juga masuk dalam maklumat tersebut, diharapkan Ramadhan bisa dijadikan sarana transformasi diri dari keadaan yang serba negatif menuju hal-hal positif. Sementara itu.“Mudah-mudahan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini tidak ada perbedaan sehingga bisa dilaksanakan secara bersamaan,” kata Amir. (*)

Bagi yg tinggal di kec.anggana dan sekitarnya yg memerlukan Jadwal Imsak Ramadhan 1431 H, silahkan unduh di http://www.ziddu.com/download/11015550/jadwalimsakanggana14312010.pdf.html

33 kota di Indonesia, silahkan unduh di http://www.ziddu.com/download/11015591/Imsakiah_1431H.pdf.html

Samarinda http://www.ziddu.com/download/11015828/imsakiyah1431samarinda.pdf.htm

Selasa, 03 Agustus 2010

KH. A DAHLAN, WONG AGUNG DENGAN MAKAM SEDERHANA




Keletakan

Makam Kyai Haji Ahmad Dahlan terletak di RT 41 RW 11, Kampung Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta. Lokasi makam ini berada di belakang Masjid Jami Karangkajen. Keduanya berada di tengah pemukiman penduduk yang padat. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Jl. Karangkajen (jika pengunjung menggunakan jalur sisi timur). Jika menggunakan jalur sisi barat pengunjung bisa menjangkaunya melalui Jl. Parangtritis. Tepatnya di sisi selatan Hotel Matahari terdapat gang kecil ke timur. Pengunjung tinggal mengikuti gang ini dan melihat papan petunjuk lokasi makam atau lokasi Masjid Jami Karangkajen. Jika diukur dari Jl. Parangtritis, maka jarak antara makam KHA. Dahlan dan Jl. Parangtritis kurang lebih 1 kilometer.

Kondisi Fisik Makam

Nisan dari KH. Ahmad Dahlan dibuat dengan sederhana. Nisannya hanya berupa pasangan batu bata yang direkatkan dengan semen sambung-menyambung sehingga membentuk bangun persegi panjang. Nisan ini pada bagian tengahnya dibiarkan kosong dan dihias dengan taburan batu kerikil. Jirat dari makam KH. Dahlan hanya satu, yakni di bagian kepala (utara). Jirat ini bertuliskan namanya.

Nisan dari KH. Ahmad Dahlan diletakkan berdampingan dengan nisan kerabat dan keturunannya. Secara keseluruhan kompleks makam di Karangkajen ini kelihatan panas karena minimnya pohon peneduh di dalam makam. Hal ini mungkin memang disengaja karena tumbuhnya banyak pepohonan di areal makam akan menyita bidang-bidang tanah yang bisa digunakan untuk lokasi kuburan.

Luas makam di Karangkajen ini sekitar 2.000 meter persegi. Jika keluasannya dihitung dengan kompleks Masjid Jami Karangkajen, maka keluasannya sekitar 3.000 meter persegi. Demikian menurut penjelasan jurukunci makam setempat yang bernama Mas Bekel Surakso Nurhadi alias Muhammad Nurhadi (55). Kompleks Makam Karangkajen ini diberi pengaman berupa tembok keliling bercat putih yang keberadaannya menyambung (menjadi satu dengan dinding Masjid Jami Karangkajen). Pintu gerbang makam terletak di sisi timur (samping masjid) dan sisi utara (menghadap gang kampung).

Pada kompleks makam Karangkajen ii selain terdapat makam KH. Ahmad Dahlan juga terdapat makam Prof. Fatchurrochman yang dulu pernah menjadi Menteri Agama RI, makam Ir. HM. Baried Ishom seorang tokoh pendiri PKU Muhammadiyah, dan makam KH. Muchtar yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama I di Yogyakarta.

Latar Belakang

Kyai Haji Ahmad Dahlan bukan merupakan nama asing bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Bahkan istrinya pun, yakni Nyai Haji Ahmad Dahlan tidak kalah populernya dengan KHA. Dahlan. Melalui buah pikiran dan kiprahnya lahirlah organisasi bernafaskan keagamaan, Muhammadiyah dan PP Aisyiah. Dua organisasi Islam ini telah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi kemajuan di berbagai bidang. Tidak saja dalam bidang keagamaan atau spiritual, namun juga bidang-bidang sosial, politik, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Jasa-jasanya yang besar terhadap kemajuan agama Islam dan pembangunan bangsa Indonesia pada umumnya menyebabkan KHA. Dahlan maupun Nyai Haji Ahmad Dahlan dianugerahi gelar pahlawan nasional. Namanya dikenang abadi tidak saja oleh warga Muhammadiyah, namun juga oleh seluruh bangsa. Ada begitu banyak nama jalan di seantero Indonesia ini yang menggunakan nama KHA. Dahlan dan Nyai Haji Ahmad Dahlan.

KHA. Dahlan memiliki nama kecil Mohammad Darwis. Semasa kanak-kanak dan remaja ia dikenal sebagai sosok yang terampil membuat aneka macam kerajinan dan permainan. Hobinya adalah bermain layang-layang dan gasing. Ia belajar agama (fiqh) pada Kyai Haji Muhamad Saleh. Sedangkan pada Kyai haji Muhsin ia belajar nahwu. Selain itu ia juga banyak belajar kepada Kyai Haji Abdul Hamid dan Kyai Haji Muhammad Nur.

KHA. Dahlan dikenal sebagai orang gemar membaca dan mencari ilmu. Sebelum naik haji ia banyak membaca kitab-kitab Ahlussunah wal jamaah dalam ilmu alqaid dari mashab Syafii dalam ilmu fiqh, dan ilmu-ilmu tasawuf dari Imam Ghazali. Pada saat naik haji pertama kali ke Mekkah tahun 1888, KHA. Dahlan juga banyak belajar pada para ulama.

Untuk ilmu hadits ia belajar kepada Kyai Mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar ilmu qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha, belajar ilmu falaq pada K.H. Dahlan Semarang, Ia juga pernah belajar pada Syekh Hasan tentang cara-cara atau mengobati racun binatang. Selain dengan guru-guru di atas, selama delapan bulan di tanah suci, ia sempat bersosialisasi dengan Syekh Akhmad Khatib dan Syekh Jamil Jambek dari Minangkabau, Kyai Najrowi dari Banyumas, Kyai Nawawi dari Banten, para ulama dari Arab, serta pemikiran baru yang ia pelajari selama mukim di di Mekkah.

Tanggal 18 November 1912 ia mendirikan organisasi Islam, Muhammadiyah. Melalui organisasi ini ia ingin mengubah cara berpikir, bertindak, berperilaku, beramal, dan berdoa menurut agama Islam. Ia ingin mengajak umat Islam kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadis. Sejak awal pendirian organisasi ini KHA. Dahlan telah menyatakan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik namun organisasi yang bersifat sosial dan bergerak pada bidang pendidikan.

Apa yang dilakukan oleh KHA. Dahlan ini bukannya tidak mendapatkan penolakan, penentangan, fitnah, dan sebagainya. Bahkan resistensi itu juga muncul di dari kerabat-kerabatnya sendiri. Ia dituduh akan mendirikan agama baru yang bertentangan dengan Islam. Ia juga dituduh sebagai kyai palsu karena gagasan atau cara berpikirnya meniru bangsa Barat (Belanda). Bahkan ia juga dituduh meniru-niru cara hidup orang Kristen. Tidak aneh jika di masa itu ia menjadi sasaran kebencian dari banyak orang, khususnya yang tidak atau belum bisa memahami jalan pemikirannya. Sekalipun demikian banyak orang menentang buah pikirannya, KHA. Dahlan tidak menyerah. Ia menghadapi semuanya itu dengan sabar dan tabah.

Tanggal 20 Desember 1912 KHA. Dahlan mengajukan ijin pada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum bagi organisasi Muhammadiyah yang baru saja dibentuknya. Pemerintah kolonial Hindia Belanda waktu itu memiliki kekhawatiran terhadap organisasi yang didirikan KHA. Dahlan ini. Dengan berbagai pertimbangan ijin atau badan hukum untuk organisasi Muhammadiyah ini keluar juga selang dua tahun kemudian, yakni pada tanggal 22 Agustus 1914, dengan nomor SK 18.

Atas jasa-jasanya dalam membangkitkan kesadaran bangsa melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkan KHA. Dahlan sebagai Pahlawan Nasional. Penetapan ini dituangkan dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.

a. sartono
http://www.tembi.org/situs/20100722.htm