Salurkan Infaq Anda untuk PEMBANGUNAN GEDUNG MADRASAH DINIYAH MUHAMMADIYAH SIDOMULYO KEC.ANGGANA KAB.KUKAR melalui: BRI UNIT ANGGANA No. Rek. 4565.01.003179.53.3 a.n. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

AmirHady RadioOnline

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

lazada

Rabu, 05 Desember 2012

Waspada di Jalan yang Menanjak

suasana kemacetan

Akhir-akhir ini agak sering melihat kendaraan (biasanya) truk pengangkut material yang tidak kuat naik di jalan yang menanjak akhirnya merosot turun. Beruntung kalo mesin tidak mati, kalo mati maka turunnya akan meluncur, bahkan ada yang muatannya sampai tumpah ke jalan berhamburan. Beberapa akibat dari kejadian tersebut  antara lain yang pernah disaksikan langsung adalah jatuhnya korban, ada yang cedera bahkan ada yang sampai tewas. Tapi yang paling merepotkan orang banyak adalah terjadinya kemacetan yang sangat merepotkan banyak orang.

Beberapa catatan sehubungan dengan kejadian tersebut adalah yang pertama, kewaspadaan dari pada para pengendara mobil dan sepeda motor yang dibelakangnya, sebab kalo tidak waspada bisa-bisa kecelakaan menimpanya. Dan yang kedua, kesadaran yang tinggi dari pengendara kendaraan bersangkutan, untuk memeriksa dan mengetahui kemampuan dari kendaraannya, sebab kalo kendaraanya tidak fit, maka diperbaiki dulu, kemudian kalo sudah sehat, baru dikendarai kembali untuk mengangkut material dan lain-lain. Dan yang ketiga adalah petugas berwenang yang memeriksa dan menguji kelayakan suatu kendaraan pegangkut harus jujur dan profesional, jangan sampai meloloskan kendaraan yang tidak lulus uji dan tidak layak jalan. Akibatnya sangat berbahaya, tidak hanya bagi si pengendara sendiri, tapi bisa membuat penguna jalan yang lain bisa menjadi korban kecelakaan.

Senin, 03 Desember 2012

Menjaga martabat dengan hidup damai

suasana damai membuat masyarakat tenang dalam segala aktifitasnya


Setiap orang sangat mengharapkan hidup bermasyarakat dalam suasana yang tertib, tentram, aman dan damai, sebab dengan kondisi yang demikian setiap orang akan menikmati kehidupan dengan rasa lapang dan nyaman.  Tidak ada rasa khawatir dan cemas melepas anak untuk pergi ke sekolah, tidak ada rasa khawatir untuk bekerja mencari nafkah, bahkan tidak ada rasa khawatir dan cemas untuk meninggalkan rumah dalam keadaan tidak ada penghuninya.

Tapi sebaliknya, bila keadaan masyarakat dalam suasana rusuh, bentrok dan anarkis, maka suasana menjadi mencekam dan hilanglah ketertiban, hilanglah ketentraman, hilanglah rasa aman, dan hilanglah kedamaian. Dalam situasi yang demikian, maka hidup menjadi tidak nikmat lagi, maka hidup tidak nyaman lagi, karena yang dirasakan adalah ketegangan, kekhawatiran dan kecemasan. Semua sendi kehidupan akan lumpuh, orang-orang tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah, anak-anak tidak bisa sekolah dan bermain, para ibu-ibu tidak berani pergi ke pasar untuk berbelanja bahan makanan.

Oleh karena itu, mencermati kejadian di beberapa tempat yang terjadi bentrokan antar kampung, kerusuhan, atau peristiwa-peristiwa anarkis lainnya, memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang betapa pentingnya suasana yang tertib, tentram, aman dan damai.

Mari kita jaga suasana yang tertib, tentram, aman dan damai tersebut dengan sebaik-baiknya, sebab hanya dengan suasana itulah kita bisa menjalani hidup dengan normal, sehingga kita
dapat menjaga martabat kita sebagai manusia yang berbudi luhur
dan beradab.























Rabu, 24 Oktober 2012

Semangat Dakwah (Kisah Inspiratif)

 

Editor: Abu Kayyis
Ada kisah menarik tentang semangat dakwah, yang disampaikan oleh DR. Muhammad Ratib an-Nabulsy saat Khuthbah Jumat tertanggal 2 Juli 2010. Sebuah kisah inspiratif terjadi di Amsterdam yang sangat menarik untuk disimak. Berikut ini saya paparkan dengan terjemah bebas dan sedikit diringkas. “Menjadi kebiasaan di hari Jumat, seorang Imam masjid dan anaknya yang berumur 11 tahun membagi brosur di jalan-jalan dan keramaian, sebuah brosur dakwah yg berjudul “Thariiqun ilal jannah” (jalan menuju jannah). Tapi kali ini, suasana sangat dingin ditambah rintik air hujan yang membuat orang benar-benar malas untuk keluar rumah. Si anak telah siap memakai pakaian tebal dan jas hujan untuk mencegah dinginnya udara, lalu ia berkata kepada sang ayah, “Saya sudah siap, Ayah!” “Siap untuk apa, Nak?” “Ayah, bukankah ini waktunya kita menyebarkan brosur ‘jalan menuju jannah’?” “Udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.” “Tapi Ayah, meski udara sangat dingin, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!” “Saya tidak tahan dengan suasana dingin di luar.” “Ayah, jika diijinkan, saya ingin menyebarkan brosur ini sendirian.” Sang ayah diam sejenak lalu berkata, “Baiklah, pergilah dengan membawa beberapa brosur yang ada.” Anak itupun keluar ke jalanan kota untuk membagi brosur kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu. Dua jam berjalan, dan brosur hanya tersisa sedikit saja. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi orang yang lalu lalang di jalanan. Ia pun mendatangi sebuah rumah untuk membagikan brosur itu. Ia pencet tombol bel rumah, namun tak ada jawaban. Ia pencet lagi, dan tak ada yang keluar. Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet bel, dan ia ketuk pintu dengan lebih keras. Ia tunggu beberapa lama, hingga pintu terbuka pelan. Ada wanita tua keluar dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan yang dalam Wanita itu berkata, “Apa yang bisa dibantu wahai anakku?” Dengan wajah ceria, senyum yang bersahabat si anak berkata, “Nek, mohon maaf jika saya mengganggu Anda, saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya membawa brosur dakwah untuk Anda yang menjelaskan bagaimana Anda mengenal Allah, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara memperoleh ridha-Nya.” Anak itu menyerahkan brosurnya, dan sebelum ia pergi wanita itu sempat berkata, “Terimakasih, Nak.” Sepekan Kemudian Usai shalat Jumat, seperti biasa Imam masjid berdiri dan menyampaikan sedikit taushiyah, lalu berkata, “Adakah di antara hadirin yang ingin bertanya, atau ingin mengutarakan sesuatu?” Di barisan belakang, terdengar seorang wanita tua berkata, “Tak ada di antara hadirin ini yang mengenaliku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini. Sebelum Jumat yang lalu saya belum menjadi seorang muslimah, dan tidak berfikir untuk menjadi seperti ini sebelumnya. Sekitar sebulan lalu suamiku meninggal, padahal ia satu- satunya orang yang kumiliki di dunia ini. Hari Jumat yang lalu, saat udara sangat dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapanku untuk hidup. Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya ke kamar atas di rumahku. Saya ikat satu ujung tali di kayu atap. Saya berdiri di kursi, lalu saya kalungkan ujung tali yang satunya ke leher, saya memutuskan untuk bunuh diri. Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tidak menjawab, “paling sebentar lagi pergi”, batinku. Tapi ternyata bel berdering lagi, dan kuperhatikan ketukan pintu semakin keras terdengar. Lalu saya lepas tali yang melingkar di leher, dan saya turun untuk sekedar melihat siapa yang mengetuk pintu. Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah berwajah ceria, dengan senyuman laksana malaikat dan aku belum pernah melihat anak seperti itu. Ia mengucapkan kata-kata yang sangat menyentuh sanubariku, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Kemudian anak itu menyodorkan brosur kepadaku yang berjudul, “Jalan Menuju Jannah.” Akupun segera menutup pintu, aku mulai membaca isi brosur. Setelah membacanya, aku naik ke lantai atas, melepaskan ikatan tali di atap dan menyingkirkan kursi. Saya telah mantap untuk tidak memerlukan itu lagi selamanya. Anda tahu, sekarang ini saya benar-benar merasa sangat bahagia, karena bisa mengenal Allah yang Esa, tiada ilah yang haq selain Dia. Dan karena alamat markaz dakwah tertera di brosur itu, maka saya datang ke sini sendirian utk mengucapkan pujian kepada Allah, kemudian berterimakasih kepada kalian, khususnya ‘malaikat’ kecil yang telah mendatangiku pada saat yang sangat tepat. Mudah-mudahan itu menjadi sebab selamat saya dari kesengsaraan menuju kebahagiaan jannah yang abadi. Mengalirlah air mati para jamaah yang hadir di masjid, gemuruh takbir. Allahu Akbar. Menggema di ruangan. Sementara sang Imam turun dari mimbarnya, menuju shaf paling depan, tempat dimana puteranya yang tak lain adalah ‘malaikat’ kecil itu duduk. Sang ayah mendekap dan mencium anaknya diiringi tangisan haru. Allahu Akbar!” Lihatlah bagaimana antusias anak kecil itu tatkala berdakwah, hingga dia mengatakan “Tapi Ayah, meski udara sangat dingin, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!” Ia tidak bisa membiarkan manusia berjalan menuju neraka. Ia ingin kiranya bisa mencegah mereka, lalu membimbingnya menuju jalan ke jannah. Lihat pula bagaimana ia berdakwah, menunjukkan wajah ceria dan memberikan kabar gembira, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Siapa yang tidak trenyuh hati mendengarkan kata-katanya? Berdakwah dengan apa apa yang ia mampu, juga patut dijadikan teladan. Bisa jadi,tanpa kita sadari, cara dakwah sederhana yang kita lakukan ternyata berdampak luar biasa. Menjadi sebab datangnya hidayah bagi seseorang. Padahal, satu orang yang mendapat hidayah dengan sebab dakwah kita, lebih baik baik bagi kita daripada mendapat hadiah onta merah. Wallahu a’lam bishawab.
(https://www.facebook.com/groups/318685318185340/permalink/416229141764290/)

Jumat, 28 September 2012

JANGAN TERTIPU PRASANGKA

Ternyata kita itu banyak tertipu oleh syetan dan hawa nafsu berupa prasangka yang sangat menyesatkan seperti : 1. Merasa telah benar, makanya tidak mau lagi belajar/taklim/menambah ilmu, terutama ilmu-ilmu agama. 2. Merasa telah banyak berbuat amal, sudah banyak pahala, sehingga sudah merasa cukup bekal untuk hari akhirat kelak, padahal Allah SWT mengingatkan, yaitu :QS. Ali Imran 3:142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.[232] Jihad dapat berarti: 1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; 2. memerangi hawa nafsu; 3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; 4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak. 3. Merasa baru sedikit melakukan dosa, sehingga amat sangat mudah melakukan maksiat dan kemungkaran, karena kita merasa belum banyak dosa. Coba renungkan dan ingat-ingat, mulai bangun tidur tadi pagi, sudah berapa dosa yang kita lakukan?...sebagian kita mungkin tidak terpikir, sehingga waktu setengah hari berlalu begitu saja, mengira tidak ada dosa yang kita lakukan....Astaghfirullah al adzim… 4. Merasa akan panjang umur. Sehingga untuk tobat masih menunggu nanti. (sumber : http://kaltim.muhammadiyah.or.id/content-13-sdet-kotbah-jumat.html)

Minggu, 01 Juli 2012

Anton Medan, dulu napi, sekarang tukang ceramah

Subhanalloh, dari orang yang keluar masuk penjara karena kejahatan dan tindak pidana yang dilakukannya, dimana ada 14 penjara dengan total lama hukuman 18 tahun 7 bulan menjadi penghuninya, sekarang menjadi pemimpin pondok dengan santri ribuan dan keliling ceramah di penjara dan lapas di seluruh Indonesia. Semoga tetap mendapat kekuatan dan selalu dalam hidayah dari Allah SWT. Beliau adalah Anton Medan, beruntung saya dapat mendampingi dan ikut beliau ceramah di Lapas Samarinda dan Islamic Center Kaltim. (ay-17062012)

Jumat, 13 Januari 2012

perjalanan jum'atan yg berat


perjalanan pergi dan pulang sholat jum'at di Mushalla Nurul Islam, NKL (pangkalan) Anggana yg berat, krn kondisi jalan sangat ekstrim setelah hujan. empat kali terperosok.