Salurkan Infaq Anda untuk PEMBANGUNAN GEDUNG MADRASAH DINIYAH MUHAMMADIYAH SIDOMULYO KEC.ANGGANA KAB.KUKAR melalui: BRI UNIT ANGGANA No. Rek. 4565.01.003179.53.3 a.n. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

AmirHady RadioOnline

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

lazada

Sabtu, 27 November 2010

salman khan, guru di internet


Salman Khan bisa memasukkan nama Bill Gates sebagai salah satu penggemarnya. Serius, ini Bill Gates orang terkaya di dunia.

Khan bukan jawara Lembah Silikon, seperti Mark Zuckerberg yang menemukan Facebook atau Andy Rubin yang membuat Google bangkit dengan Android. Khan cuma seorang guru.

Khan menghabiskan waktunya di sebuah bekas toilet mini yang ia sulap menjadi studio rekaman sekaligus perpustakaan. Ruangan berukuran 1,5 x 2 meter itu adalah think thank yang dia sebut: bgC3. Di ruang sesak inilah Khan menghabiskan waktunya bersama dua komputer, headphone di telinga, kaus tidur dan piyama, menunggu siang sambil membaca buku atau membuat video.

“Orang ini luar biasa,” kata Gates dalam surelnya. “Dia mengerjakan banyak hal dengan sumber daya yang amat terbatas.”

Mengapa Khan begitu dikagumi Bill Gates? Gates dan anak laki-lakinya yang berumur 11 tahun, Rory, terpana oleh video-video pendidikan bikinan Khan, dari video aljabar sampai biologi. Yang membuat kagum Gates adalah sosok Khan yang meninggalkan dunia gemerlap sebagai manajer investasi beralih menjadi guru yang mendidik jutaan orang lewat video Internet.


Di kontrakannya yang sempit di Lembah Silikon itulah guru digital ini membikin tutorial video. Hebatnya, semua itu dikerjakannya sendiri, mulai dari menyusun materi, memvideokan, hingga menjadi guru sekaligus. Khan sebenarnya adalah lulusan MBA (master business of administration) Universitas Harvard. Dulu dia manajer keuangan. Tapi hidupnya kini dia serahkan ke dunia pendidikan, yang dia sebut Khan Academy (http://khanacademy.org/). Di Khan Academy itu, dia adalah satu-satunya guru. Dia bisa mengajar apa saja, dari kalkulus, trigonometri, kimia, fisika, biologi, sampai tentang perang Napoleon, dan pelajaran ekonomi dari pabrik cupcake.

Sejauh ini, dari bekas toilet itu, dia telah menciptakan 1.630 tutorial dan ditonton oleh 70 ribu orang per hari. Angka itu nyaris dua kali lipat jumlah mahasiswa Harvard plus Universitas Sanford. “Jumlah pengunjung tertinggi mencapai 200 ribu orang,” kata Khan. Sebuah kesungguhan dan ketulusan yang membuat banyak orang iri, termasuk Bill Gates.

“Keindahan dari pengajaran Khan adalah konsistensi dia,” ujar Gates.

Seperti entrepreneur hebat lainnya, Khan terjun di dunia pendidikan tanpa sengaja. Dia lahir dan besar di New Orleans. Khan putra imigran berdarah Bangladesh dan India. Di bangku kuliah, Khan adalah bintang. Dia punya tiga gelar dari universitas ternama di Amerika Serikat: MBA dari Harvard, bachelor of science bidang matematika dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), serta bachelor dan master dari MIT untuk bidang kelistrikan. Dia sempat menjadi presiden kelas di MIT.

Khan jatuh cinta kepada kegiatan mengajar setelah ia menjadi guru sukarelawan untuk anak-anak Brookline. Ini adalah anak-anak yang mengalami sindrom attention deficit disorder, yang kesulitan memusatkan fokus perhatian. Dia juga tersentuh ketika keponakannya, yang kelas VII, bertanya soal konversi berat dalam kilogram. Khan pun mulai membuat tutorial dengan menggunakan teknologi yang sederhana. Ia hanya menggunakan software Yahoo Doodle dan Microsoft Paint berteknologi rendah untuk membuat sketsa, dengan latar belakang hitam dan garis-garis berwarna cerah dan persamaan ketika ia bekerja melalui penjelasannya. Video pertama yang ia buat adalah pelajaran mengonversi gram untuk kilogram yang awalnya hanya ditujukan bagi sepupunya itu. Sejak itulah kecanduan mengajar di sekolah online dimulai.

Khan mulai membuat tutorial dengan menulis program JavaScript sendiri. Dia bekerja di sela-sela waktu istirahatnya sebagai manajer investasi, di antara waktu main bola. Lalu dia rekam dalam bentuk video dan diunggah ke YouTube.

Khan akhirnya benar-benar hidup untuk akademinya setelah mendapat pesangon US$ 1 juta (Rp 9 miliar). Uang itu dia sebut Khan Capital, yang digunakan untuk membiayai hidupnya dengan investasi. Khan berkukuh tak mau mengkomersialkan situsnya. “Saya sudah punya dua mobil Honda, istri yang cantik dan anak yang hebat, serta rumah,” katanya.

Tak ada sekat suku bangsa, ruang, apalagi teritorial. Baik yang ada di ujung Samudra Atlantik hingga pedalaman Hutan Amazon, semua diajari Salman Khan lewat sekolah dunia maya miliknya secara cuma-cuma.

Bagi sebagian orang, matematika memang sudah seperti momok yang sulit dimengerti, apalagi dikuasai. Perasaan yang sama dialami pula oleh seorang bocah Korea berusia 11 tahun.

Tapi, siapa sangka pelajaran yang selalu membuatnya stres tersebut berbalik menjadi pelajaran favoritnya setelah ia membuka situs buatan SalmAn Khan, www.khanacademy.org.

Tidak hanya anak dari Korea, sepasang orang tua di California, AS, tampak tak kuasa meluapkan rasa senang atas kemajuan yang dilakukan anak mereka dalam pelajaran aljabar.

“Saya tidak tahu siapa Anda. Tapi dalam pikiran saya, Anda adalah penyelamat. Anak-anak saya benar-benar bersemangat dengan matematikanya. Terima kasih,” ucapnya di situs yang dikelola seorang pria yang baru menginjak usia 33 tahun.

Khan tak pernah miskin dengan kebaikan. Sebab, pengusaha-pengusaha Lembah Silikon pun membanjiri dia dengan donasi. Indonesia butuh orang-orang baik budi dan tidak sombong seperti dia. Selamat hari guru, 25 November, teman.

*sumber: tempointeraktif.com, http://asrul.blogdetik.com/tag/salman-khan/

anak tidak masuk rangking 10 besar


Assalaamu'alaikum, wr, wb.

Kita sering bangga mengetahui berita keberhasilan siswa Indonesia mendapatkan medali di event olimpiade sains internasional. Kebanggaan itu menjadi penyejuk dan pemberi asa akan masa depan bangsa kita, terutama di tengah tengah berita berita buruk yang terjadi di masyarakat kita yang kadang membuat kita seperti putus asa atas masa depan bangsa Indonesia.

Tetapi, tahukah anda bahwa sistem pemberian medali emas, perak dan perunggu di olimpiade sains tidak seperti di olimpiade olahraga yang biasa kita kita kenal ?

Berbeda dari olimpiade olahraga yang hanya memberikan satu emas, satu perak dan satu perunggu untuk setiap perlombaan, Olimpiade sains memberikan penghargaan medali emas, perak, dan perunggu kepada lebih dari tiga peserta. 10 % siswa dengan nilai tertinggi berhak mendapatkan medali emas. 20% siswa berikutnya mendapatkan medali perak, dan 30% berikutnya mendapatkan medali perunggu. Dengan demikian, 60% peserta pasti akan mendapatkan medali emas, perak atau perunggu. Di luar top 60% itu, ada para peserta yang akan mendapatkan sertifikat penghargaan semacam "juara harapan"; dan sisanya akan mendapatkan piagam penghargaan sebagai "peserta".

http://en.wikipedia.org/wiki/International_Chemistry_Olympiad

So, what gitu loh ?! :)

Sebagian besar di antara kita tentu akan bergumam, "ooo, ternyata begitu, tho." dan sejurus kemudian, sisi negatif thinking kita akan berkata, "wah, ternyata tidak sulit untuk mendapatkan medali di olimpiade sains internasional." Dan tiba tiba, kita tidak lagi bangga dengan medali medali yang diraih anak anak kita di olimpiade sains internasional tsb.

Negatif thinking itu menurut saya adalah buah dari sistem ranking yang diterapkan di sekolah sekolah di negeri kita. Sejak kecil, anak selalu diranking terhadap anak yang lain. Perankingan itu selalu menghasilkan n posisi juara nomor x, dimana x adalah bilangan bulat positif dan n adalah jumlah siswa. Dengan demikian, hanya ada satu orang juara satu, satu orang juara dua, dan seterusnya, hingga pasti ada satu orang juru kunci juara ke-n.

Dengan sistem seperti ini, maka hanya segelintir siswa saja yang mendapatkan apresiasi. Mayoritas siswa tidak mendapatkan apresiasi; tidak peduli betapapun keras usaha mereka, betapapun tinggi nilai mereka. Mereka tidak mendapatkan apresiasi dari guru, dan dari masyarakat atas apapun yang mereka capai, kecuali juara 1, 2 atau 3. Apresiasi menjadi barang langka bagi siswa. Celakanya, orang tua pun juga memiliki pandangan yang sama. Mereka ikut ikutan pelit memberikan apresiasi thd anak mereka karena anak mereka "tidak mendapat ranking". Mayoritas anak Indonesia tumbuh dalam suasana miskin apresiasi karena guru, orang tua, dan masyarakat sangat pelit dalam memberikan apresiasi.

Kelak, ketika dewasa, anak anak itu juga akan pelit memberikan apresiasi. Anak anak itu adalah kita kita sekarang ini. Kita yang tiba tiba turun -atau bahkan hilang seketika- respek dan apresiasi kita untuk anak kita yang berhasil meraih medali perunggu, perak, bahkan emas sekalipun di olimpiade internasional; semata mata karena sekarang kita menjadi tahu bahwa bisa jadi anak peraih medali perunggu itu adalah ranking 60 dari 100 peserta, bisa jadi peraih medali perak itu adalah ranking 30 dari 100 peserta, dan bisa jadi peraih medali emas itu "hanya" ranking 10 dari 100 peserta. Sungguh celakalah diri kita !

Hari ini, 4 anak saya mengenyam pendidikan sekolah dasar dan menengah di Kanada. Negara yang masuk dalam kategori negara maju. Maukah saya beritahukan kepada Anda rangking berapa anak saya di sekolah mereka? Tidak ada satupun anak saya yang "mendapatkan ranking". Apakah saya kecewa dengan prestasi mereka? Tidak. Mengapa? Karena sistem pendidikan di Kanada sini tidak mengenal ranking. Tidak ada ujian kenaikan kelas. Tidak ada ujian akhir semacam EBTANAS atau UAN.

Semua siswa diapresisasi sesuai dengan attitude mereka, kemauan mereka untuk terus belajar, mencintai dan peduli kepada teman, guru, orang tua dan lingkungan mereka. Kemampuan akademik siswa tidak diranking thd sesama siswa, tetapi thd pencapaian standar kurikulum. Ketika semua siswa telah mencapai standar kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan "alami" individu siswa, maka semua siswa adalah sang juara.

Mereka menjadi juara bukan karena bisa mengalahkan teman mereka; karena teman memang bukan untuk dikalahkan. Mereka menjadi juara karena mereka mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka dengan baik dan benar. Mereka menjadi juara karena mereka bisa mengalahkan unsur unsur negatif dari diri mereka: kemalasan, selfishness, akhlak yang buruk, dan lain lain. Mereka menjadi juara karena mereka mau belajar untuk menjadi manusia yang baik.

Apakah hanya Kanada yang tidak menerapkan sistem ranking? Tidak. Konon kebanyakan negara maju memang tidak meranking siswa thd siswa lainnya. Dan buktinya, olimpiade sains internasional memberikan penghargaan kepada semua peserta olimpiade. Bukan karena fakta bhw mereka adalah siswa terbaik dari negerinya masing masing, tetapi karena tujuan dari pendidikan dan acara olimpiade itu sendiri adalah mendorong kecintaan para siswa kepada sains. Bukan untuk saling mengalahkan, tetapi untuk bersama sama menjadi sang juara, yaitu mereka yang gemar berfikir, mau meninggalkan kemalasan dan mau bersilaturahmi dengan teman teman mereka dari seluruh penjuru dunia.

Mudah mudahan sistem ranking di sekolah sekolah di Indonesia segera lenyap.

Setujukah anda dengan do'a saya ini?

Wassalam,
Rois Fatoni
Dosen Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta

Graduate Student (atas biaya DIKTI)
Department of Chemical Engineering
University of Waterloo
200 University Avenue West
Waterloo, ON, Canada N2L 3G1
519 888 4567 ext 35675

Jumat, 12 November 2010

Upaya Iblis untuk menyesatkan manusia

14. iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan". 15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh". 16. iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS.Al A’raaf(7):14-17)

36. berkata Iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) Maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan[797], 37. Allah berfirman: "(Kalau begitu) Maka Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh, 38. sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan[798], 39. iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, 40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka". (QS.Al Hijr(15):36-40)
[797] Maksudnya iblis memohon agar Dia tidak diazab dari sekarang melainkan diberikan kebebasan hidup sampai hari berbangkit.
[798] Yakni waktu tiupan pertama tanda permulaan hari kiamat.
[799] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

61. dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" 62. Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". 63. Tuhan berfirman: "Pergilah, Barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, Maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. 64. dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861]. 65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (QS.Al Isra(17):61-65)
[861] Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.
82. iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, 83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304]. QS.Shaad(38):82-83
[1304] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

Kamis, 11 November 2010

mengapa saya?


Message of Monday – Senin, 8 Nopember 2010
Mengapa Saya?
Oleh: Sonny Wibisono *

“If I were to say, ‘God, why me?’ about the bad things, then I should have said, ‘God, why me?’ about the good things that happened in my life.”
-- Arthur Robert Ashe, Jr., petenis profesional asal Amerika, 1943 –1993

Arthur Ashe adalah seorang petenis kulit hitam legendaris asal Amerika. Prestasinya sungguh luar biasa. Tiga gelar grand slam, turnamen paling bergengsi tersimpan di lemari kacanya. Gelar itu adalah US Open (1968), Australian Open (1970), dan Wimbledon (1975). Sebuah prestasi yang sulit diraih pada masa itu.

Selesai berkarir di lapangan, dia pun gantung raket. Namun dia bernasib kurang bagus. Pada 1979, ia terkena serangan jantung. Dokter memutuskan ia harus operasi by pass. Dua kali operasi dijalankan agar Ashe sembuh.

Tapi bukan sembuh yang didapat. Operasi ternyata membawa bencana lain. Dari transfusi darah, dia mendapat virus yang sekarang dikenal dengan nama HIV pada 1983. Pada masa itu, pengawasan terhadap berjangkitnya virus ini memang masih rendah.

Kenyataan pahit ini ia sembunyikan kepada publik. Sampai akhirnya, pada April 1992, koran terkemuka USA Today menurunkan laporannya mengenai kondisi kesehatannya. Sontak publik pun tercengang. Kebanyakan dari mereka menyayangkan tragedi yang menimpa petenis yang rendah hati itu.

Sepucuk surat dari seorang pengagumnya pun sampai ke tangannya. Penggemar itu menyatakan keprihatinannya. Dalam suratnya, sang penggemar bertanya, "Why did God have to select you for such a bad disease?”. Pertanyaan yang biasa saja, tapi sungguh dalam, “Mengapa Tuhan memilih kamu untuk menerima penyakit ini?”

Ashe menjawab, “Begini. Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis. Di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis. 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional. 50 ribu datang ke arena untuk bertanding. 5 ribu mencapai turnamen grand slam. 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon. 4 orang sampai di semifinal. 2 orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’ Jadi ketika sekarang saya menderita sakit, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’”

Pada 6 Februari 1993, Ashe mengembuskan napas terakhirnya. Dua bulan sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Ashe mendirikan the Arthur Ashe Institute for Urban Health. Dan beberapa minggu sebelum ia wafat, Ashe masih menyempatkan diri menulis memoarnya yang berjudul ’Days of Grace’.

Membaca ketulusan dan keikhlasan Ashe tidak saja menyentuh, tapi juga mengetuk hati siapa saja. Penjelasan panjang lebar tentang kemenangan di lapangan menggambarkan betapa dalam hidup kita hanya ingin mendapatkan hal-hal yang terbaik belaka dan selalu lupa untuk sekadar berucap syukur atas karunia itu. Bahkan alih-alih bersyukur, malah kesombongan yang kerap muncul di saat berada di puncak kejayaan.

Kadang sebaliknya yang terjadi pada saat kesusahan. Pertanyaan kenapa nasib buruk itu hanya menimpa pada kita kerap kali menggerundel dari mulut. Seolah-olah keburukan tidak boleh mampir melintasi dalam perjalanan hidup kita. Saat menerima cobaan, apa pun, kita bertanya kepada Tuhan ‘mengapa saya, mengapa bukan orang lain?’ Sehingga kita merasa berhak menggugat Tuhan. Bahkan memvonis betapa tidak adilnya Tuhan.

Ashe berbeda. Dia tak pernah mengeluh dan bertanya ‘mengapa saya’. Dia tetap teguh dalam harapan. Seberapa besar pun beban hidup yang menimpa. Baginya, kebaikan dan keburukan dari Tuhan adalah anugerah yang terindah dalam hidupnya.

*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009

Selasa, 26 Oktober 2010

GUCI DAN BOLA GOLF


Ketika hal dalam hidup Anda tampaknya hampir terlalu banyak untuk ditangani,
Ketika 24 jam sehari tidaklah cukup,
ingat guci dan 2 cangkir kopi.


Seorang profesor berdiri di depan kelas filsafatnya dan beberapa benda di depannya.
Saat kelas dimulai, tanpa kata, ia mengambil sebuah guci yang sangat besar dan kosong dan mulai mengisinya dengan bola golf.
Dia kemudian bertanya kepada mahasiswa apakah guci itu telah penuh.
Mereka menyetujuinya.
Profesor kemudian mengambil sekotak kerikil dan menuangkan itu ke dalam guci itu. Dia mengguncang botol itu perlahan.
Kerikil bergulir ke tempat kosong di antara bola golf.
Dia kemudian bertanya pada siswa lagi baha guci itu telah penuh.
Mereka sepakat akan itu.
Profesor itu selanjutnya mengambil sebuah kotak pasir dan menuangnya ke dalam guci itu.
Tentu saja, pasir mengisi kesemua tempat yang kosong diantara kerikil dan bola golf yang ada.
Dia bertanya sekali lagi apakah guci itu penuh. Para siswa menjawab dengan suara bulat “ya”.
Profesor kemudian mengambil dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan seluruh isinya ke dalam guci,
Efektif kopi mengisi ruang kosong di antara pasir.
Para siswa tertawa.
"Sekarang," kata sang profesor, setelah tawa mereda,
"Aku ingin kau menyadari bahwa guci ini melambangkan hidup Anda.”
“Bola golf adalah hal yang - Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman, dan kesenangan utama.
Hal-hal yang jika yang lain hilang dan tapi mereka ada, kehidupan Anda akan tetap penuh.”
“Kerikil adalah hal-hal seperti pekerjaan, rumah, mobil ..dll.”
“Pasir adalah segala sesuatu yang lain - Hal-hal kecil.”
"Jika Anda memasukkan pasir ke dalam guci pertama kali," lanjutnya, 'Tidak ada ruang untuk kerikil atau bola golf.
Hal yang sama berlaku untuk kehidupan.
Jika Anda menghabiskan seluruh waktu dan energi Anda pada hal-hal kecil,
Anda tidak akan pernah memiliki ruang untuk hal-hal yang penting bagi Anda.
Jadi ...
Perhatikan hal-hal yang penting bagi kebahagiaan Anda.
Bermain dengan anak Anda.
Luangkan waktu untuk mendapatkan pemeriksaan medis.
Bawa pasangan Anda untuk makan malam.
Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah dan memperbaiki atap yang bocor.
“Pertama bola golf - hal-hal yang benar-benar penting. Tetapkan prioritas. Sisanya hanya pasir. "
Salah satu siswa mengangkat tangan dan bertanya apa yang diwakili oleh kopi.
Profesor itu tersenyum.
"Aku senang kau bertanya"
ini Hanya menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa penuh hidup anda,
selalu ada ruang untuk dua cangkir kopi dengan seorang teman. "
Silakan bagikan sesuatu ini dengan "bola golf" lain.
Seperti yang baru saja saya lakukan

Ditulis kembali oleh:
Isdanarto (isdanarto.training@indomobil-volvotrucks.com)

SEORANG OFFICE BOY -pun BISA MENJADI VICE PRESIDENT



Sungguh sebuah karunia yang luar biasa bagi saya bisa bertemu dengan seorang yang memiliki pribadi dan kisah menakjubkan. Dialah Houtman Zainal Arifin, seorang pedagang asongan, anak jalanan, Office Boy yang kemudian menjadi Vice President Citibank di Indonesia. Sebuah jabatan Nomor 1 di Indonesia karena Presiden Direktur Citibank sendiri berada di USA.

Tepatnya 10 Juni 2010, saya berkesempatan bertemu pak Houtman. Kala itu saya sedang mengikuti training leadership yang diadakan oleh kantor saya, Bank Syariah Mandiri di Hotel Treva International, Jakarta. Selama satu minggu saya memperoleh pelatihan yang luar biasa mencerahkan, salah satu nya saya peroleh dari Pak Houtman. Berikut kisah inspirasinya:

Sekitar tahun 60an Houtman memulai karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan Ibukota. Merantau dari kampung dengan penuh impian dan harapan, Houtman remaja berangkat ke Jakarta. Di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh. Houtman pun memilih bertahan hidup dengan profesi sebagai pedagang asongan, dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan dagangannya.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya.

Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Sampai suatu saat Houtman mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.

Tapi Houtman tetap bangga dengan jabatannya, dia tidak menampik pekerjaan. Diterimanyalah jabatan tersebut dengan sebuah cita-cita yang tinggi. Houtman percaya bahwa nasib akan berubah sehingga tanpa disadarinya Houtman telah membuka pintu masa depan menjadi orang yang berbeda.

Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll.

Suatu saat Houtman tertegun dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi, dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.

Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggungjawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras. Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA.

Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice President. Sebuah jabatan puncak citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.

Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan berbagai jabatan pernah diembannya, menjadi staf ahli citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang .

(Kisah Nyata Houtman Zainal Arifin, disampaikan dalam training Leadership bank Syariah Mandiri)

Rabu, 06 Oktober 2010

reuni GIM85



n""id="BLOGGaER_PHiOTO_ID_55g2488a98b68808598034"
Sebagian Teman-teman Fakultas Pertanian Unmul tahun 1985, berkumpul di Tempat Hj.Elvi Gaffar, Air Hitam, Samarinda pada hari Sabtu tgl.25 September 2010.

Minggu, 22 Agustus 2010

Keluarga Lumpuh



Bayangkan kalau semua anak Anda menderita lumpuh. Tentu, Anda akan sangat bingung dengan masa depan mereka. Di Purwakarta, ada seorang ibu yang bukan hanya empat anaknya yang lumpuh. Melainkan juga, suami yang menjadi tulang punggung keluarga. Allahu Akbar.

Hal itulah yang kini dialami seorang ibu usia 70 tahun. Namanya Atikah. Di rumahnya yang sederhana, ia dan keluarga lebih banyak berbaring daripada beraktivitas layaknya keluarga besar.

Mak Atikah bersyukur bisa menikah dengan seorang suami yang alhamdulillah baik dan rajin. Walau hanya sebagai pencari rumput, Mak Atikah begitu menghargai pekerjaan yang dilakoni suaminya. Bahkan, tidak jarang, ia membantu sang suami ikut mencari rumput.

Beberapa bulan setelah menikah, tepatnya di tahun 1957, Allah mengaruniai Mak Atikah dengan seorang putera. Ia dan suami begitu bahagia. Ia kasih nama sang putera tercinta dengan nama Entang.

Awalnya, Entang tumbuh normal. Biasa-biasa saja layaknya anak-anak lain. Baru terasa beda ketika anak sulung itu berusia 10 tahun.

Waktu itu, Entang sakit panas. Bagi Mak Atikah dan suami, anak sakit panas sudah menjadi hal biasa. Apalagi tinggal di daerah pedesaan yang jauh dari pelayanan medis. Entang pun dibiarkan sakit panas tanpa obat.

Panas yang diderita sang anak ternyata kian hebat. Tiba-tiba, Entang merasakan kalau kakinya tidak bisa digerakkan. Setelah dicoba beberapa kali, kaki Entang memang benar-benar lumpuh.

Musibah ini ternyata tidak berhenti hanya di si sulung. Tiga adik Entang pun punya gejala sakit yang sama dengan sang kakak. Dan semuanya sakit di usia SD atau kira-kira antara 7 sampai 10 tahun. Satu per satu, anak-anak Mak Atikah menderita lumpuh.

Usut punya usut, ternyata anak-anak yang tinggal di Desa Cileunca, Kecamatan Bojong, Purwakarta itu sebagian besar terserang penyakit polio. Tapi, semuanya sudah serba terlambat. Lagi pula, apa yang bisa dilakukan Mak Atikah dengan suami yang hanya seorang pencari rumput.

Sejak itu, Mak Atikah mengurus empat anaknya sekaligus seorang diri. Dengan sarana hidup yang begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan, keluarga ini mengarungi hidup puluhan tahun dengan kesibukan anak-anak yang lumpuh.

Ujian Allah buat Mak Atikah ternyata tidak berhenti sampai di situ. Di tahun 90-an, giliran suami Bu Atikah yang mengalami musibah. Saat mencari rumput, Pak Didin terjatuh. Orang-orang sekitar pun menggotong Pak Didin pulang. Dan sejak itu, Pak Didin tidak bisa lagi menggerakkan kaki dan tangannya. Ia cuma bisa berbaring.

Lalu, bagaimana dengan pemasukan keluarga kalau sang suami tidak lagi bisa berkerja. Bu Atikah pun tidak mau diam. Kalau selama ini ia hanya bisa mengurus anak-anak di rumah, sejak itu, ibu yang waktu itu berusia hampir enam puluh tahun pun menggantikan sang suami dengan pekerjaan yang sama. Di usianya yang begitu lanjut, Bu Atikah mengais rezeki dengan mencari rumput.

Sehari-hari, ia berangkat pagi menuju tanah-tanah kosong yang dipenuhi rumput. Ia kumpulkan rumput-rumput itu dengan sebilah arit, kemudian dibawa ke pemesan. Tidak sampai sepuluh ribu rupiah ia kumpulkan per hari dari mencari rumput. Dan itu, ia gunakan untuk mengepulkan asap dapur rumahnya. Hanya sekadar menyambung hidup.

Di bulan Mei tahun ini, sang suami yang hanya bisa berbaring dipanggil Allah untuk selamanya. Kini, tinggal Mak Atikah yang mengurus keempat anaknya yang tidak juga sembuh dari lumpuh.
Allah menguji hambaNya dengan sesuatu yang mungkin sulit untuk dicerna pikiran orang lain. Subhanallah. (saad/mnh)
http://www.eramuslim.com/hikmah/kisah-hati/keluarga-lumpuh.htm

Warga Muslim New York Tuntut Libur Idul Fitri dan Idul Adha


Warga muslim di New York saat melakukan shalat Idul Fitri di Masjid Baitul Ma'Mur di Brooklyn, New York, 20 September 2009. Di kota New York diperkirakan terdapat kurang lebih 600.000 warga muslim.

Rabu, 18 Agustus 2010, 07:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,Tidak seperti di Indonesia, di Amerika, pemerintah daerah menentukan hari libur sekolah di wilayahnya. Tuntutan warga Muslim kota New York ditujukan pada pemerintah kota New York, tempat bermukim sekitar 600.000 warga Muslim.

Hingga kini, Natal adalah satu-satunya hari libur keagamaan yang diakui sebagai hari libur resmi nasional di Amerika Serikat. Murid yang beragama Islam terpaksa bolos saat Idul Fitri dan mengaku kewalahan saat masuk sekolah keesokan harinya karena ketinggalan pelajaran.

Beberapa kota lain di Amerika seperti Dearborn, di negara bagian Michigan dan empat kota di negara bagian New Jersey telah meloloskan undang-undang menjadikan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur sekolah. Anggota dewan kota New York yang beragama Islam, Robert Jackson, yakin perundangan ini bisa lolos di kota New York.

Permohonan ini sudah diproses namun belum mendapat persetujuan Walikota New York Michael Bloomberg. Menurut Bloomberg, populasi Muslim kota New York tidak cukup untuk meloloskan kebijakan baru ini. Banyak warga dan pejabat kota yang positif kalau kebijakan untuk menjadikan hari Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur sekolah akan terwujud.

Selain mendapat dukungan dari pejabat kota, perjuangan warga Muslim di kota New York ini juga didukung oleh tokoh-tokoh agama Kristen dan Yahudi. Sekitar 12 persen dari 8 juta warga kota New York, atau sekitar 960.000, beragama Yahudi.

Muslim Jerman Berpuasa Selama 18 Jam dalam Sehari | Republika Online


Muslim Jerman Berpuasa Selama 18 Jam dalam Sehari | Republika Online

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Puasa selama 18 jam sehari? Tentu sangat mengagetkan buat muslim Indonesia yang umumnya menjalani puasa di bulan Ramadhan selama 13 jam. Kekagetan itu dirasakan warga Indonesia, Erwida Maulia yang satu bulan ini mendapatkan kesempatan kursus dari pemerintah Jerman.

''Awalnya, pertama tahu bahwa kami harus puasa selama 18 jam (sepanjang musim semi), kami agak shock. Tapi, saya dan teman Indonesia yang satu itu bertekad akan mencoba dulu untuk betul-betul menjalaninya sesuai dengan waktu sini,'' tuturnya dari Berlin, Jerman, Kamis (19/08) dini hari waktu setempat.

Soal puasa di Jerman, tadinya Wida dan teman-teman satu kursus yang beragama Islam dari Indonesia dan Afrika ingin mencoba berkomunikasi dengan komunitas muslim di Jerman. Hanya, mereka pun tak sempat berkenalan dengan komunitas itu. Akhirnya, mereka pun mencari tahu dimulainya bulan Ramadhan dari situs internet www.islamicfinder.org. Situs internet itu ternyata sangat berguna untuk mengetahui waktu shalat di berbagai kota di dunia, termasuk arah kiblat.

''Sepertinya, mereka mengambil patokan mulainya puasa di Makkah. Jadi kami mulai puasa hari Rabu minggu lalu (11/08/2010),'' sambungnya.

Meski pun kaget dengan lamanya puasa di Jerman, dia dan teman se-Indonesianya bertekad terus menjalaninya. Sampai hari ini, mereka pun berhasil menjalaninya. ''Delapan hari Ramadhan sudah berlalu, dan ternyata alhamdulillaah kami kuat; bisa puasa dari sekitar pukul 03.00 sampai hampir pukul 21.00, hingga hari ini.''

Kenapa bisa kuat? Dia mengatakan, semua itu didasari dari niat. Selain itu, ada faktor lain yang ikut mendorongnya, yaitu cuaca. Sebetulnya, karena cuaca di sini cukup mendukung. Biarpun musim panas, di Hamburg (di mana dia tinggal sampai Jum'at, pekan lalu) dan di Berlin (tempatnya saat ini) udaranya sangat sejuk.

''Jadi, cuacanya enggak bikin kita cepat haus. Kalau mesti puasa 18 jam di tempat kayak Jakarta, yang udaranya amat panas, mataharinya menyengat, kayaknya sih enggak bakal sanggup,'' katanya sambil tertawa.

Ada lagi yang masih jadi tantangan buat Wida adalah justru waktu shalat. Karena, dia terlalu terbiasa dengan waktu shalat yang sangat teratur di Indonesia, akibatnya dia mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan waktu shalat di Jerman.

''Bayangkan waktu subuh sekitar pukul 03.00 dan berakhir sekitar 05.30. Lalu Zuhur pukul 13.00, Ashar pukul 17.30, Maghrib hampir pukul 21.00, dan Isya hampir pukul 24.00,'' rincinya.

Waktu yang dirasakannya sulit adalah shalat Isya. Kalau mereka sholat Isya dan tarawih dulu baru tidur, kemungkinan besar sahurnya kesiangan, karena hanya tidur sekitar dua jam. ''Kalau tidur dulu, lalu baru bangun sahur, shalat isya dan tarawih, khawatir kebablasan dan waktunya terlalu mepet. Jadi, yah agak-agak 'trial and error' di sini.''

Wida mengaku tak pernah shalat di mesjid di Berlin. Soalnya, lokasi mesjidnya jauh dari lokasinya menginap dan juga jadwal pelatihan yang padat.

Tantangan yang lain adalah karena dia dan teman-temannya harus beraktivitas di sekitar orang-orang yang tidak tahu tentang puasa Ramadhan. Mereka sepertinya sangat kaget bahwa muslim harus puasa, tak makan dan minum selama 18 jam.

Kadang-kadang, tambah Wida, mereka menganjurkannya dan teman-teman kursus yang muslim untuk menunda puasanya di tanah air saja. Bahkan, kadang-kadang kalau ada di antara peserta Muslim yang mengantuk selama pelatihan, puasanya yang disalahkan, walau tak disampaikan secara langsung. ''Meskipun, sebagian besar sebetulnya ngantuk karena alasan yang lain, seperti memang suka bawaan ngantuk kalau pagi-pagi, atau karena malamnya habis main internet-an sampai hampir begadang, atau sebab-sebab yang lain.''

Tentu saja kalau puasa begini, Wida jadi kangen masakan ibunya di rumah. ''Kangen gorengan, teh manis hangat, dan es campur yang hampir selalu jadi menu berbuka di rumah. Aku juga kangen makan bakso habis shalat tarawih di Tangerang,'' tawanya sambil berharap, di akhir-akhir puasa, dia masih sempat mencicipi makanan kesukaannya itu.

Soal makanan halal di sana, dia tak menemukan banyak kendala. Umumnya, jurnalis salah satu media nasional di Jakarta ini umum memilih menu seafood supaya aman dan kadang-kadang disediakan makanan vegetarian. ''Waktu di Hamburg panitianya kadang nyediain ayam atau daging halal, jadi lumayan juga. Tapi di Berlin sini, cari makan sendiri. Jadi, kalo lagi kangen ayam atau daging, aku cari kedai kebab Turki yang biasanya pasang logo halal.''

Selama di Berlin, dia sangat berharap bisa mengunjungi pameran tentang Ramadhan di kota itu. Di Berlin ada pameran besar dalam rangka Ramadhan. Judulnya 'Nights of Ramadhan', yang berlokasi di Museum Island, Berlin. ''Berencana berkunjung ke sana, tapi belum sempat, nih.''

Dia pun sempat bertemu adiknya yang tinggal di Zwolle, Belanda di Hamburg. Adiknya itu juga agak kaget dengan lamanya puasa kali ini. Dia sudah tiga tahun di Belanda yang puasanya bahkan lebih pendek waktunya dari Indonesia. ''Dia sempat mengeluh pusing di hari pertama Ramadhan, tapi setelah diinterogasi ternyata itu karena dia enggak sahur. Jadi, aku bilangin dia supaya sahur yang benar, dan sekarang sepertinya dia lebih segar menjalani puasa.''

Dari semua yang dialaminya dalam berpuasa, Wida merasa belum bisa ibadah maksimal di sana. Dikiranya, ini karena masalah kebiasaaan saja, terlebih lagi, dengan perbedaan waktu Indonesia dan di Jerman. ''Aku enggak biasa sama pukul 19.00-20.00 yang masih terang benderang. Sering banget jadi lupa kalau itu sebetulnya sudah malam dan kami di sini masih aja beraktivitas seakan-akan masih siang.''
Red: Siwi Tri Puji B
Rep: Dewi Mardiani

Kamis, 12 Agustus 2010

Hukum Melafalkan Niat Berpuasa


Hukum Melafalkan Niat Berpuasa
Segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang baik hingga hari kiamat. Amma ba'du:
Para pembaca yang dirahmati Allah Ta’alaa!
Puasa merupakan ibadah yang mana setiap ibadah harus disertai dengan niat jika kita ingin ibadah kita sah diterima Allah Ta’alaa. Namun perlu kita ketahui bahwa melafalkan niat dalam ibadah tidak disyariatkan karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maupun salah seorang shahabatnya radhiallahu anhum, dan itu merupakan hal-hal yang baru ada di zaman terakhir sejak zaman salaful shalih yang dipuji oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“sebaik-baik abad adalah abadku kemudian yang sesudahnya kemudian yang sesudahnya” Hadits shahih
Demikian juga karena hakikat niat adalah: kehendak secara mutlak, yaitu kehendak melakukan perbuatan, dan tempatnya di dalam hati bukan lisan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya”, beliau tidak mengatakan tergantung lafalnya atau bunyinya, dan itu diperkuat dengan beberapa hal:
1- Firman Allah Ta’alaa:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ


"Wahai orang-orang yang beriman apabila kalian hendak melakukan shalat maka basuhlah wajah kalian." (QS. Al-Maidah: 6)
Ayat di atas menunjukkan bahwa karena kehendak tempatnya dalam hati maka Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk langsung membasuh wajah, bukan memerintahkan untuk melafalkan niat terlebih dahulu.
2- Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada orang yang keliru dalam shalatnya: “Jika engkau hendak shalat maka sempurnakanlah wudhu kemudian menghadaplah ke arah kiblat lalu bertakbirlah” Hadits shahih.
Beliau tidak memerintahkannya untuk melafalkan niat, meskipun ketika itu dalam posisi mengajari orang yang jahil, dan lafal pertama yang beliau perintahkan: bertakbirlah, seandainya melafalkan niat disyariatkan tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskannya, tetapi karena niat tempatnya dalam hati, dan itu dapat dicapai dengan kehendak melakukan perbuatan yang beliau jelaskan dengan sabdanya: “Jika engkau hendak shalat” beliau memerintahkannya dengan kewajiban pertama yang dilafalkan yaitu ucapan: Allahu Akbar.
3- Demikian juga yang dipahami oleh para shahabat radhiallahu anhum, di mana mereka tidak pernah melafalkan niat ketika hendak melakukan suatu amalan, bahkan mereka mengingkarinya, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Umar radhiallahu anhu:
Telah shahih riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu anhu ketika beliau mendengar seseorang yang hendak berihram mengucapkan: "Ya Allah sesungguhnya saya hendak melakukan haji dan umrah." Maka beliau berkata: "Apakah kamu hendak memberitahukan kepada manusia? Bukankah Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu?" (Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi:5/40).
Maka tidak boleh melafalkan niat meskipun ketika hendak melaksanakan haji dan umrah.
Tidak boleh mengucapkan ketika hendak berihram: "Ya Allah sesungguhnya aku hendak melaksanakan haji dan umrah," namun hanya disyariatkan mengucapkan talbiyah untuk haji dan umrah secara bersamaan atau salah satunya.
Dan ini bukanlah termasuk melafalkan niat karena kedudukannya seperti Takbiratul Ihram ketika masuk kedalam shalat.
Demikian juga ketika hendak berpuasa, tidak perlu mengucapkan niat apalagi secara berjamaah dengan dipimpin seseorang:
Nawaitu souma godhin ‘an adaa i, fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi ta’aalaa

"Aku niat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’alaa."
Bahkan tidak perlunya melafalkan niat merupakan madzhab para imam terdahulu seperti Imam Ahmad, Syafie, Malik dan Abu Hanifah rahimahumullah ajma’in.
Berkata Ibnu Abil ’Izz Al-Hanafi rahimahullah: (Tidak seorangpun dari para imam yang empat, tidak imam Syafie atau yang lainnya menyaratkan pelafalan niat karena niat tempatnya dalam hati berdasarkan kesepakatan mereka, kecuali sebagian ulama mutaakhirin dari mereka yang mewajibkan pelafalan niat dan mengeluarkan satu sisi pendapat dalam madzhab imam Syafie? Imam Nawawi rahimahullah berkata: Dan itu keliru. Selesai. Karena telah didahului dengan ijma’) Lihat kitab Al-Itba’ hal:62.
Seperti dikatakan dalam kitab Al-Qaulul Mubin karangan Syeikh Masyhur bin Hasan hafidhahullah: "Sungguh telah keliru Abu Abdullah Az-Zubairi rahimahullah dari kalangan madzhab Syafiiyah ketika menukil dari Imam Syafie rahimahullah sehingga mengeluarkan satu sisi pendapat dari perkataan Imam dengan sangkaan bahwa beliau mewajibkan pelafalan niat dalam shalat." Dan sebab kekeliruan beliau adalah kurang memahami perkataan Imam Syafie karena perkataan beliau secara nas adalah: ((apabila berniat untuk haji dan umrah maka sudah cukup, meskipun tidak melafalkan, dan tidak seperti shalat yang tidak sah kecuali dengan melafalkan)) [Al-Majmu’ 3/243].
Imam Nawawi berkata: ((berkata para sahabat kami: yang mengatakan ini telah keliru, karena maksud Imam Syafie dengan melafalkan dalam shalat bukan ini, tetapi maksudnya Takbir)) [ibid].
Jadi kesimpulannya bahwa melafalkan niat tidak disyariatkan dan merupakan perkara yang baru yang sebaiknya kita hindari.
Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada kita untuk beramal dibulan Ramadhan ini sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam.(ar/voa-islam.com) Rabu, 11 Aug 2010

Jumat, 06 Agustus 2010

Muhammadiyah: 11 Agustus Mulai Puasa Ramadhan


Jumat, 30 Juli 2010 | 20:27 WITA
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Yamin

SAMARINDA , tribunkaltim.co.id - Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan Puasa Ramadhan dimulai pada tanggal 11 Agustus 2010. Hal ini sesuai dengan maklumat yang dikeluarkan dengan nomor 05/MLM/I.E/2010 yang ditandatangani Ketua Umum Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum Agung Danarta tertanggal 16 Juli 2010.

Penetapan awal bulan Hiriyah, Muhammadiyah berpegangan pada metode hisab atau penghitungan. Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltim, Ir Amir Hady menjelaskan pedoman yang dipegang Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan adalah Hisab Hakiki wujudul Hilal.

“Ijtimak atau konjungsi terjadi pada tanggal 10 Agustus 2010 bertepatan dengan 29 Syaban pada pukul 10.09.17. Saat matahari terbenam di Yogyakarta , hilal berada di atas ufuk dengan ketinggian dua derajat. Itu artinya sudah masuk bulan baru dan keesokan harinya sudah Ramadhan,” terang Amir, Jumat (30/7/2010)

Sementara itu, lanjut Amir, Muhammadiyah juga sudah menentukan 1 Syawal 1431 Hijriyah yakni jatuh pada tanggal 10 September 2010.

Dengan metode yang sama, ijtimak menjelang Syawal 1431 Hijriah terjadi pada 8 September 2010 pukul 17.31.01 WIB. Saat matahari terbenam di Yogyakarta hilal belum wujud. Di seluruh wilayah Indonesia , hilal juga masih di bawah ufuk."Berdasarkan hasil hisab tersebut, PP Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 Syawal 1431 H jatuh pada Jumat, 10 September 2010 M," ujar Amir.

Menjelang memasuki Ramadhan, ia mengimbau warga Muhammadiyah tetap menjaga niat dan kemurnian ibadah puasa dan ibadah lainnya sesuai ajaran Islam. Himbauan yang juga masuk dalam maklumat tersebut, diharapkan Ramadhan bisa dijadikan sarana transformasi diri dari keadaan yang serba negatif menuju hal-hal positif. Sementara itu.“Mudah-mudahan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini tidak ada perbedaan sehingga bisa dilaksanakan secara bersamaan,” kata Amir. (*)

Bagi yg tinggal di kec.anggana dan sekitarnya yg memerlukan Jadwal Imsak Ramadhan 1431 H, silahkan unduh di http://www.ziddu.com/download/11015550/jadwalimsakanggana14312010.pdf.html

33 kota di Indonesia, silahkan unduh di http://www.ziddu.com/download/11015591/Imsakiah_1431H.pdf.html

Samarinda http://www.ziddu.com/download/11015828/imsakiyah1431samarinda.pdf.htm

Selasa, 03 Agustus 2010

KH. A DAHLAN, WONG AGUNG DENGAN MAKAM SEDERHANA




Keletakan

Makam Kyai Haji Ahmad Dahlan terletak di RT 41 RW 11, Kampung Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta. Lokasi makam ini berada di belakang Masjid Jami Karangkajen. Keduanya berada di tengah pemukiman penduduk yang padat. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Jl. Karangkajen (jika pengunjung menggunakan jalur sisi timur). Jika menggunakan jalur sisi barat pengunjung bisa menjangkaunya melalui Jl. Parangtritis. Tepatnya di sisi selatan Hotel Matahari terdapat gang kecil ke timur. Pengunjung tinggal mengikuti gang ini dan melihat papan petunjuk lokasi makam atau lokasi Masjid Jami Karangkajen. Jika diukur dari Jl. Parangtritis, maka jarak antara makam KHA. Dahlan dan Jl. Parangtritis kurang lebih 1 kilometer.

Kondisi Fisik Makam

Nisan dari KH. Ahmad Dahlan dibuat dengan sederhana. Nisannya hanya berupa pasangan batu bata yang direkatkan dengan semen sambung-menyambung sehingga membentuk bangun persegi panjang. Nisan ini pada bagian tengahnya dibiarkan kosong dan dihias dengan taburan batu kerikil. Jirat dari makam KH. Dahlan hanya satu, yakni di bagian kepala (utara). Jirat ini bertuliskan namanya.

Nisan dari KH. Ahmad Dahlan diletakkan berdampingan dengan nisan kerabat dan keturunannya. Secara keseluruhan kompleks makam di Karangkajen ini kelihatan panas karena minimnya pohon peneduh di dalam makam. Hal ini mungkin memang disengaja karena tumbuhnya banyak pepohonan di areal makam akan menyita bidang-bidang tanah yang bisa digunakan untuk lokasi kuburan.

Luas makam di Karangkajen ini sekitar 2.000 meter persegi. Jika keluasannya dihitung dengan kompleks Masjid Jami Karangkajen, maka keluasannya sekitar 3.000 meter persegi. Demikian menurut penjelasan jurukunci makam setempat yang bernama Mas Bekel Surakso Nurhadi alias Muhammad Nurhadi (55). Kompleks Makam Karangkajen ini diberi pengaman berupa tembok keliling bercat putih yang keberadaannya menyambung (menjadi satu dengan dinding Masjid Jami Karangkajen). Pintu gerbang makam terletak di sisi timur (samping masjid) dan sisi utara (menghadap gang kampung).

Pada kompleks makam Karangkajen ii selain terdapat makam KH. Ahmad Dahlan juga terdapat makam Prof. Fatchurrochman yang dulu pernah menjadi Menteri Agama RI, makam Ir. HM. Baried Ishom seorang tokoh pendiri PKU Muhammadiyah, dan makam KH. Muchtar yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama I di Yogyakarta.

Latar Belakang

Kyai Haji Ahmad Dahlan bukan merupakan nama asing bagi bangsa Indonesia bahkan dunia. Bahkan istrinya pun, yakni Nyai Haji Ahmad Dahlan tidak kalah populernya dengan KHA. Dahlan. Melalui buah pikiran dan kiprahnya lahirlah organisasi bernafaskan keagamaan, Muhammadiyah dan PP Aisyiah. Dua organisasi Islam ini telah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi kemajuan di berbagai bidang. Tidak saja dalam bidang keagamaan atau spiritual, namun juga bidang-bidang sosial, politik, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Jasa-jasanya yang besar terhadap kemajuan agama Islam dan pembangunan bangsa Indonesia pada umumnya menyebabkan KHA. Dahlan maupun Nyai Haji Ahmad Dahlan dianugerahi gelar pahlawan nasional. Namanya dikenang abadi tidak saja oleh warga Muhammadiyah, namun juga oleh seluruh bangsa. Ada begitu banyak nama jalan di seantero Indonesia ini yang menggunakan nama KHA. Dahlan dan Nyai Haji Ahmad Dahlan.

KHA. Dahlan memiliki nama kecil Mohammad Darwis. Semasa kanak-kanak dan remaja ia dikenal sebagai sosok yang terampil membuat aneka macam kerajinan dan permainan. Hobinya adalah bermain layang-layang dan gasing. Ia belajar agama (fiqh) pada Kyai Haji Muhamad Saleh. Sedangkan pada Kyai haji Muhsin ia belajar nahwu. Selain itu ia juga banyak belajar kepada Kyai Haji Abdul Hamid dan Kyai Haji Muhammad Nur.

KHA. Dahlan dikenal sebagai orang gemar membaca dan mencari ilmu. Sebelum naik haji ia banyak membaca kitab-kitab Ahlussunah wal jamaah dalam ilmu alqaid dari mashab Syafii dalam ilmu fiqh, dan ilmu-ilmu tasawuf dari Imam Ghazali. Pada saat naik haji pertama kali ke Mekkah tahun 1888, KHA. Dahlan juga banyak belajar pada para ulama.

Untuk ilmu hadits ia belajar kepada Kyai Mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar ilmu qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha, belajar ilmu falaq pada K.H. Dahlan Semarang, Ia juga pernah belajar pada Syekh Hasan tentang cara-cara atau mengobati racun binatang. Selain dengan guru-guru di atas, selama delapan bulan di tanah suci, ia sempat bersosialisasi dengan Syekh Akhmad Khatib dan Syekh Jamil Jambek dari Minangkabau, Kyai Najrowi dari Banyumas, Kyai Nawawi dari Banten, para ulama dari Arab, serta pemikiran baru yang ia pelajari selama mukim di di Mekkah.

Tanggal 18 November 1912 ia mendirikan organisasi Islam, Muhammadiyah. Melalui organisasi ini ia ingin mengubah cara berpikir, bertindak, berperilaku, beramal, dan berdoa menurut agama Islam. Ia ingin mengajak umat Islam kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadis. Sejak awal pendirian organisasi ini KHA. Dahlan telah menyatakan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik namun organisasi yang bersifat sosial dan bergerak pada bidang pendidikan.

Apa yang dilakukan oleh KHA. Dahlan ini bukannya tidak mendapatkan penolakan, penentangan, fitnah, dan sebagainya. Bahkan resistensi itu juga muncul di dari kerabat-kerabatnya sendiri. Ia dituduh akan mendirikan agama baru yang bertentangan dengan Islam. Ia juga dituduh sebagai kyai palsu karena gagasan atau cara berpikirnya meniru bangsa Barat (Belanda). Bahkan ia juga dituduh meniru-niru cara hidup orang Kristen. Tidak aneh jika di masa itu ia menjadi sasaran kebencian dari banyak orang, khususnya yang tidak atau belum bisa memahami jalan pemikirannya. Sekalipun demikian banyak orang menentang buah pikirannya, KHA. Dahlan tidak menyerah. Ia menghadapi semuanya itu dengan sabar dan tabah.

Tanggal 20 Desember 1912 KHA. Dahlan mengajukan ijin pada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum bagi organisasi Muhammadiyah yang baru saja dibentuknya. Pemerintah kolonial Hindia Belanda waktu itu memiliki kekhawatiran terhadap organisasi yang didirikan KHA. Dahlan ini. Dengan berbagai pertimbangan ijin atau badan hukum untuk organisasi Muhammadiyah ini keluar juga selang dua tahun kemudian, yakni pada tanggal 22 Agustus 1914, dengan nomor SK 18.

Atas jasa-jasanya dalam membangkitkan kesadaran bangsa melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkan KHA. Dahlan sebagai Pahlawan Nasional. Penetapan ini dituangkan dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.

a. sartono
http://www.tembi.org/situs/20100722.htm

Selasa, 27 Juli 2010

Ketika Sang Muballigh sakit


Suatu hari di sebuah pengajian ibu-ibu, sang Muballigh pamit tidak bisa hadir. Dia tidak memberitahu alasannya. Dia sakit dan dirawat di rumah sakit.

Ibu-ibu ternyata mencium sesuatu dan mencari tahu kenapa sang guru tidak hadir di pengajian. Ketemulah jawabannya bahwa sang muballigh lagi sakit. Dia menjalani operasi di rumah sakit.

Biasalah, kehidupan seorang muballigh itu sederhana dan bersahaja. Demikian pula muballigh yang satu ini. Dia memang muballigh yang bisa dibilang sangat sederhana dan sangat ikhlas.

Para ibu kemudian berniat untuk membantu sang guru yang lagi sakit. Mereka bersepakat untuk mengumpulkan uang guna meringankan biaya di rumah sakit bagi sang muballigh.

Uang terkumpul lumayan banyak.

Para ibu kemudian menjalankan sunnah Nabi saw dengan menjenguk “saudaranya” yang sakit. Di rumah sakit, para ibu dengan sedikit basa basi kemudian mengatakan:

Bapak, kami datang ke sini untuk memberikan amanat para ibu yakni menyerahkan sumbangan untuk kepentingan meringankan biaya bapak di rumah sakit.

Tentu saja sang muballigh berterima kasih dan merasa bersyukur karena dibantu.

Singkat cerita, sembuhlah sang muballigh.

Tidak berapa lama kemudian, sang muballigh mengundang para ibu ke rumahnya (rumah tempat tinggal yang bukan milik sang muballigh). Para ibu senang mendengar Bapak guru sudah sembuh. Datanglah mereka ke rumah sang muballigh.

Sang Muballigh mengucapkan terima kasih kepada para ibu yang telah membantu biaya selama dirinya dirawat di rumah sakit. Dan alhamdulillah, sekarang dirinya sudah sembuh. Di bagian akhir dari sambutan sang muballigh, ada sesuatu yang mengejutkan. Sang muballigh menyerahkan sebuah amplop yang agak besar.

Tentu saja para ibu kaget. Apa isi amplop itu? Sang muballigh mempersilahkan para ibu untuk membukanya. Ketika dibuka, ibu-ibu lebih kaget lagi. Isinya adalah uang!

Para ibu bertanya-tanya, ada apa dengan uang itu. Kenapa sang muballigh memberi mereka uang. Bapak muballigh itu kemudian menjelaskan bahwa uang itu adalah uang kelebihan dari sumbangan ibu-ibu untuk berobat di rumah sakit. Uang sumbangan dari ibu-ibu itu lebih dari cukup untuk berobat. Karena akad (kata-kata para ibu) waktu menyerahkan sumbangan adalah untuk biaya berobat dan ternyata masih ada kelebihan maka kelebihan itu dikembalikan.

Itulah kisah seorang Muballigh yang saya beruntung pernah belajar kepada beliau waktu di Mu’allimin tahun 1972/1973. Beliau adalah Bapak AR Fakhruddin, mantan ketua PP. Muhammadiyah. Rumah tinggal Pak AR sekarang menjadi Kator PP. Muhammadiyah yang baru di jl. Cik Di Tiro (dekat kampus UGM)

M.Yusron Asrofi
Catatan: Karena cerita ini sudah lama saya dengar maka detil cerita mungkin ada kekeliruan. Karena itu saya istighfar kepada Allah. Semoga kalau saya keliru, Allah mengampuni saya. Isi cerita sudah saya konfirmasi dengan Pak Sukri AR, meskipun saya mendengarnya dari orang lain.

Sabtu, 24 Juli 2010

Encouragement


LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah
tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah
diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal
dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia
tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan
kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya
sangat sederhana.

Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah
yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah
dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan
kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak
saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya
bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun
tersenyum.

Budaya Menghukum

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah
saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. “Saya
mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik
itu.

“Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya dididik di
sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi
kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang
agar maju. Encouragement!” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk anak sebesar
itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat
menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa
Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur
prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya
menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga
doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik
ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian
program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap.
Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan
penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan
begitu mereka tahu jawabannya.

Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan
seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji,
menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para
pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di
bangku ujian.

Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan,
penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakanakan
kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang
luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat
saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan
discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan
pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan
saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di
Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana
mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah
Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan
karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke
pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya.

“Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang
sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat
dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya
tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk
bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia
mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang
berarti.

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya.
Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang
tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent
(sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan
kacamata yang berbeda.

Melahirkan Kehebatan

Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa
takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta
ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus
yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita
dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...;
dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di
sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih
disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan
semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia
tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya,dapat
tumbuh.Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang
didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat
tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang
pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari
kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau
ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi
ancaman yang menakut-nakuti. (*)

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI
Kamis, 15 Juli 2010 - 10:23 wib
Source : http://kampus. / okezone.com/ read/2010/ 07/15/95/

Kamis, 22 Juli 2010

Majelis Surga


Di surga kelak… Kebahagaian terbesarku setelah melihat wajah Allah… adalah memandangi kekasih tercinta… semoga Allah mengijinkannya…

Di surga-Nya kelak… aku ingin sekali bisa menjumpai Rasulullah… jika tidak bisa berdua… beramai-ramai dengan para sahabatnya dan pengemban dakwah yang lain juga tidak apa… karena cukup bagiku hanya dengan memandangi wajah agung beliau… sang penyejuk hati… penawar kerinduan yang membuncah…

Saat duduk dalam majelis beliau yang sangat indah… di pinggir telaga Rasulullah yang lebarnya antara kota Bushra di Syam dan kota Shan’a di Yaman. Airnya mengalir dari mata air al-Kautsar, yang lebih putih dari susu, lebih lembut dari buih dan lebih manis dari madu di lilinnya. Kerikil-kerikilnya adalah mutiara, sungai-sungainya adalah miski. Sungguh tak terbayangkan betapa nyaman dan nikmatnya majelis itu di saat mendengarkan suara merdu beliau membacakan ayat-ayat Allah… mendengarkan beliau menyampaikan tentang Islam… pastilah begitu sejuk dihati.

Di sana pastilah akan kutemui Abu Bakar dengan wajahnya yang bijak dan kesabarannya… beliau yang Rasul dan Allah puji sebagai pemilik kebenaran dan selalu membenarkan Rasul-Nya.

Di sana juga pasti ada Umar al-Faruq, sahabat beliau Saw. yang bahkan setan pun akan menyingkir dari jalan yang dilaluinya karena kekuatan dan kekokohannya dalam memegang agama.

Lalu aku juga akan melihat Utsman bin Affan yang bahkan para malaikat malu kepadanya.

Kemudian pasti aku akan melihat Ali bin Abi Thalib di samping Rasulullahku… dengan wajah yang tampan dan berwibawa menunjukkan keilmuannya yang tinggi… karena beliau adalah kunci dari Ilmu sekaligus kerabat serta menantu Rasulullah.

Di sana pastilah banyak sahabat yang mulia… ada Zubair bin Awwam r.a., ada Thalhah bin Ubaidillah r.a., juga Abdurrahman bin ‘Auf r.a., serta Sa’ad bin Abi Waqash r.a….. juga para ‘ulama yang ternama… para mujahid yang perkasa… para pengemban dakwah yang tak kenal lelah.

Aku hanya ingin… ingin sekali jadi bagian di antara majelis mereka… dan berharap posisiku tak jauh dari mereka… agar aku bisa memandangi Rasulullahku.



Jauh di seberang sana ada majelis wanita… di tengah-tengahnya ada ummahatul mu’minin (ibunda kaum Muslim) Khadijah r.ah., isteri Rasulullah tercinta… di sampingnya ada Maryam bin Imran, ada Aisyah, ada Fatimah, ada Siti Sarah… dan yang lainnya.

Indah sekali surga itu… indah sekali majelis-majelis itu… sungguh tak terbayangkan keindahannya…

Semua yang ada di dalamnya tersenyum berseri… hanya ada wajah-wajah ceria…

Tak ada duka… gelisah… ataupun cemas… apalagi rasa takut…



Hanya aku…

Yang tersekat isak tangis di kerongkonganku…

Jika mengingat ilmu-ku yang sedikit…

Amal ku yang kerdil…

Sedekahku yang secuil…

Aku hanya bermohon… dan terus bersholawat kepada kekasihku itu… agar beliau mau memberiku syafaat karena cintaku…

Agar aku bisa merasakan nikmatnya duduk dalam majelis beliau yang indah dan mulia… Dalam surga-Nya yang penuh kebahagiaan abadi…



Aku ingin sekali dapat mencintai beliau seperti beliau mencintai umatnya… walau hanya sepersepuluh atau bahkan seperseribu cinta beliau tidak apa-apa… walau cintaku tak sebesar cintanya Abu Bakar dan Umar… tak seindah cintanya Utsman dan Ali… yang jelas cintaku harus lebih tinggi dari cintaku terhadap diriku sendiri atau siapapun, bahkan kedua ayah bundaku.



Mampukah kita mencintai beliau seperti beliau mencintai kita???

Allahumma Sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi… betapa cintanya beliau kepada kita……



Ingatkah kalian detik-detik saat Rasulullah akan meninggal dunia berjumpa dengan Kekasihnya Yang Maha Tinggi.

Disaat sakaratul maut mendera beliau, ketika putri beliau Fatimah r.ah., berkata, “Aduhai susahnya wahai ayahanda”. “Tidak ada kesusahaan bagi ayahmu setelah hari ini, sesungguhnya telah datang kepada ayah sesuatu yang tidak akan luput dari seorangpun, yaitu kematian” jawab baginda Nabi lembut kepada putri kesayangannya.



Bahkan Aisyah r.ah., menggambarkan dengan kata-kata beliau tentang beratnya kematian yang dihadapi oleh baginda Nabi Saw. suaminya itu, “Aku tidak pernah lagi merasa iri akan mudahnya seseorang dengan kematiannya, setelah aku melihat sendiri dahsyatnya kematian yang dialami oleh Rasulullah Saw”.



Ingatkah kalian, disaat beratnya menghadapi kematian tersebut beliau masih memikirkan umatnya.

Ingatkah kalian disaat malaikat Jibril datang kepada beliau, dan beliau menanyakan bagaimana nanti umat beliau…

Saat Baginda Rasulullah Saw. berkata kepada Jibril menjelang wafatnya, “Siapakah orang yang menggantikanku untuk ummatku?” Kemudian Allah mewahyukan kepada Jibril, “Berilah kabar gembira kepada kekasih-Ku, bahwa aku tidak akan menjadikannya hina di tengah umatnya, dan berikanlah kabar gembira kepadanya, bahwasanya dia adalah orang yang paling cepat keluar dari bumi jika dibangkitkan, dan sesungguhnya surga itu diharamkan kepada semua umat sehingga dimasuki oleh umatnya”. Setelah itu Rasulullah Saw. bersabda, “Sekarang mataku menjadi tenang”.



Ah…. sungguh tak tertandingi kemuliaan hatimu yaa Rasulullah…

Sungguh benarlah firman Allah bahwa engkau adalah suri teladan umat manusia yang tiada bandingnya…

Ah… betapa besarnya cintamu kepada kami wahai kekasih Allah. Diakhir hayatmu pun, engkau masih mengingat dan berwasiat serta menangis untuk kami.

Kami tahu, air matamu yang mulia itu membasahi pipimu karena mengkhawatirkan kami. Umatmu ini.

Engkau takut kami tersesat, engkau takut kami berpaling dari Allah. Engkau takut, ada diantara kami yang tidak dimasukkan ke dalam surga-Nya, tidak berjumpa denganmu di sana di dalam majelismu…



Ah… Kekasihku…

Air mata ku pun tak terbendung lagi. Setiap mengenang saat-saat terakhir di dalam hidupmu itu…

Saat engkau dan para sahabatmu menangis, engkaupun bersabda: “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kalian, dan semoga Allah memberikan balasan kebaikan dari Nabi kalian”.

Aku takut ya Rasulullah, dirikukah orang yang membuat air mata muliamu membasahi pipimu?

Dirikukah orang yang engkau khawatirkan ya Rasul?

Dirikukah yang engkau sebut ”ummati… ummati…” di dalam hadits-haditsmu…



Ya Rasul, tentulah engkau akan kembali menangis, seandainya engkau melihat kami di penghujung zaman ini.

Betapa banyak diantara kami, yang meninggalkan perintah Tuhanmu, dan justru melaksanakan larangan-Nya.

Kamikah umatmu itu ya Rasul….?



Tentulah air matamu akan kembali mengalir. Karena begitu banyak dari umatmu yang hidup tanpa mewarisi risalahmu. Sepanjang hidupmu engkau mengatur umatmu dengan Al Qur’an, sementara saat ini mereka mengatur kehidupan ini dengan aturan buatan mereka sendiri, dengan hawa nafsu mereka sendiri…



Diakhir hayatmupun engkau menangis karena kami…

Sementara kami tak sekalipun menangis karena dosa-dosa kami…

Tak sekalipun menangis karena merindukanmu ya Rasul…



Umatmu kini, tak lagi mengikutimu. Mereka telah berani menantang Tuhanmu secara terang-terangan.

Para wanita tak lagi menjaga auratnya dihadapan laki-laki….

Laki-laki tak lagi memberi nafkah keluarganya dengan yang halal….

Mereka tak lagi peduli bagaimana cara mereka bergaul…

Anak tak lagi punya bakti kepada kedua orang tuanya…

Orangtua tak lagi peduli dengan agama anak-anaknya…

Para penguasa, tak lagi mengurusi rakyatnya dengan al-Qur’an dan Sunnahmu.



Terlaknatlah kami jika seperti ini…..



Ya Rasulullah… Demi Allah yang menggenggam jiwaku. Sejak detik ini, selama nafas masih milikku, akan kujadikan engkau kekasih yang selalu ada di hatiku. Akan kulanjutkan risalahmu. Akan kujadikan kau selalu dihatiku, yang akan membimbing hidupku. Akan kusucikan namamu dari segala fitnah musuh-musuhmu.

Demi Allah akan kubunuh, siapa saja yang mencacimu di hadapanku. Demi Allah wahai cintaku….


Posted by Fauzan in 03:27:07
http://fauzanalbanjari.blog.com/2009/03/23/majelis-di-surga/comment-page-1/#comment-70

Rabu, 21 Juli 2010

Mana yang lebih dulu, ayam atau telur? ....terjawab!


REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mana yang lebih dulu, ayam atau telur? Teka-teki yang tampaknya iseng dan kerap dilontarkan itu entah sudah sejak kapan tak menemukan jawaban yang pasti. Kita pun mungkin kerap mendengarkannya dalam percakapan sehari-hari.

Tapi jangan khawatir kini jawabannya sudah tersedia. Para ilmuwan pekan ini mengklaim telah memecahkan teka-teki tersebut. Jawabannya, kata mereka, adalah ayam.

Seperti dilaporkan Mailonline, para peneliti menemukan bahwa pembentukan kulit telur bergantung pada satu protein yang hanya ditemukan di indung telur ayam. Artinya, telur hanya bisa ada jika berada di dalam ayam. Protein yang disebut ovocledidin-17, atau OC-17 - bertindak sebagai katalis untuk mempercepat pengembangan kulit telur itu.

Cangkang keras ini penting sebagai tempat bagi kuning dan putih telur. Para ilmuwan dari universitas di Sheffield dan Warwick menggunakan super komputer untuk men-'zoom in' pembentukan telur tersebut. Komputer yang disebut HECToR itu mengungkapkan bahwa OC-17 sangat penting dalam memulai kristalisasi atau tahap awal penciptaan kulit telur.

Protein tersebut mengubah kalsium karbonat menjadi kristal kalsit yang membentuk kulit telur. Kalsit kristal ada di berbagai tulang dan tempurung tetapi mereka terbentuk lebih cepat di dalam ayam. Unggas itu mampu menghasilkan 6 gram kulit telur setiap 24 jam.

Dr Colin Freeman, dari Departemen Teknik Material Universitas Sheffield, mengatakan, ''Selama ini orang mengira bahwa yang terlebih dulu ada adalah telur, tapi kini kita memiliki bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa sebenarnya ayamlah yang lebih dulu ada.''

''Protein itu sudah diidentifikasi lama dan diketahui terkait dengan pembentukan telur. Ternyata, dengan memeriksanya secara jeli kita dapat melihat cara protein itu mengendalikan proses pembentukan kulit telur,'' jelasnya. ''Menarik untuk diketahui bahwa berbagai jenis spesies burung tampaknya memiliki variasi protein dengan cara kerja yang sama.''

Profesor John Harding, dari jurusan yang sama di Sheffield, mengatakan bahwa penemuan itu bisa berguna untuk hal lain. ''Memahami cara ayam membuat kulit telur dapat memberi petunjuk menuju rancangan baru maupun bahan baru,'' katanya. ''Alam telah menemukan solusi inovatif untuk semua jenis masalah dalam ilmu tentang materi dan teknologi, kita dapat belajar banyak dari alam.''

Red: Budi Raharjo
Rep: Antara

http://www.republika.co.id/trendtek/sains/10/07/15/124806-ayam-atau-telur-duluan-terjawab-sudah

Senin, 19 Juli 2010

Pendidikan Islam Membentuk Murid Agar Mencintai Allah dan Rasul


Pada masa jahiliyah, para pemimpin dan tokoh masyarakat Arab berusaha menguasai rakyat mereka dengan dididik menjadi hamba sahaya dan budak belian. Kemudian datanglah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam untuk mengeluarkan bangsa Arab yang buta huruf dan berperilaku keji menjadi bangsa yang mulia lagi kekal kemuliaannya. Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Jumu’ah: 2)

Para orang tua dan pendidik muslim wajib mengetahui metode dan cara Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dalam mendidik para sahabat beliau. Bagaimana Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bisa membuat mereka semua menjadi manusia-manusia mulia yang berperilaku agung?

Dalam dakwah dan pendidikan, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam memerankan diri sebagai pengarah, guru, pendidik, dan pejuangnya secara langsung. Beliau terus memimpin jalannya dakwah ini dengan sunnah-sunnahnya hingga umat ini berada di atas jalan keselamaan, hidup di atas kemuliaan, dan masuk ke dalam surga.

Dalam mendidik dan membina para sahabat, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam senantiasa berusaha dan berupaya agar umatnya senantiasa mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sebenarnya. Cinta yang karenanya mereka tidak khawatir lagi darah mereka tertumpah, tubuh mereka tercacah, harta benda mereka habis untuk fi sabilillah.

Dalam merealisasikan cinta ini mereka tidak pernah pantang mundur menghadapi musuh-musuh Allah, Rasul-Nya dan musuh mereka dari kalangan kafirin musyrikin. Dalam diri mereka terbangun sikap berani dan bermental baja sehingga mereka tidak pernah gentar dengan pedang, panah, dan tombak yang siap mengoyak tubuh mereka. Ini semua mereka lakukan agar mendapat cinta Allah dan Rasul-Nya sehingga layak masuk ke dalam jannatun na’im.

Mereka siap berkata yang benar dan terus terang dengan keimanan mereka. Sikap mereka sangat jelas dalam berislam. Semua itu karena niat mereka benar dan lurus. Cinta yang mereka cari adalah cinta Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan melakukan apa saja untuk meraihnya. Sebaliknya segala perilaku dan sikap yang bisa mengundang murka keduanya dijauhi, sebagaimana mereka tidak mau kalau dilemparkan ke dalam neraka.

Menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan tugas utama seorang pendidik muslim.

Menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan tugas utama seorang pendidik muslim. Dengannya, anak didik akan ringan melaksanakan ibadah dan mengikuti sunnah. Ringan dalam menerima dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya, karena yang dituju dan dicari sudah jelas, yaitu cinta Allah dan Rasul-Nya.

Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, beberapa orang Yahudi datang menemui beliau. Mereka berkata, “Kami mencintai Allah, akan tetapi kami tidak dapat mengikuti ajaranmu.” Kemudian Allah membantah dan membatilkan kecintaan mereka kepada-Nya dan menganggap pernyataan itu dusta. Allah berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيم

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam datang memberikan pelajaran kepada para sahabat akan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari, Umar bin Khathab radliyallaahu 'anhu berkata kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, demi Allah engkau lebih aku cintai daripada harta, keluarga, dan anakku, kecuali diriku.”

Beliau bersabda, “Tidak wahai Umar, aku harus lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.”

Umar berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”

Beliau bersabda, “Sekarang (kecintaanmu telah benar) wahai Umar.”

Dalam Sunan al-Tirmidzi dengan sanad hasan, dikisahkan ketika Umar hendak melaksanakan umrah, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya, “Jangan engkau lupakan kami dalam doamu, wahai saudaraku!”

Umar kemudian berangkat melaksanakan umrah, namun ia meninggalkan hatinya bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dengan penuh perasaan rindu dan cinta. Dan rasa ini semakin kuat pada diri Umar ketika berada di medan perang.

Kecintaan ini pula yang mendorong Anas bin Nadhar untuk menghunuskan pedangnya menuju perang Uhud. Padahal ketika itu Saad bin Mu’adz berkata, “Kembalilah engkau wahai Anas.” Akhirnya ia meninggal setalah mendapat delapan puluh lebih tebasan pedang.

Kecintaan ini pula yang membuat Handzalaqh termotifasi untuk meninggalkan istrinya di malam pengantin baru untuk berangkat ke medan perang, padahal ia dalam keadaan junub. Ia mengorbankan dirinya di jalan Allah dan memasrahkan dirinya kepada Islam. Ini semua merupakan tanda adanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dalam diri Handzalah.

Dikisahkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam melihat ke arah lengit ketika berada di sisi jasad Handzalah, beliau bersabda, “Demi jiwaku yang berada di genggaman-Nya, aku menyaksikan para malaikat memandikan tubuh Handzalah di antara langit dan bumi.”

Abdullah Al-Anshari, ayah Jabir, menyiapkan kain kafan dan wangi-wangian, setelah sebelumnya ia menorehkan pedangnya pada kulit lututnya. Ia berkata, “Ya Allah, ambillah darahku pada hari ini sampai Engkau meridlaiku.”
Iapun berangkat ke medan peperangan sehingga terbunuh. Hal itu membuat anaknya, Jabir menangis. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda, “Janganlah engkau menangisinya, Malaikat akan terus memberikan naungan kepadanya dengan sayap-sayapnya hingga ruhny diangkat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Allah tidak berbicara kepada seorangpun kecuali dari balik hijab. Allah menghidupkan ayahmu dan berbicara dengannya secara berhadapan langsung. Allah berfirman, ‘Engkau memberikan (berkorban) kepadaku maka aku akan memberikan sesuat kepadamu.’ Ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, apakah Engkau akan menghidupkanku hingga aku terbunuh karena membela ajaran-Mu untuk kedua kalinya?’ Allah berfirman, ‘Sudah menjadi ketetapan-Ku sejak dahulu bahwa mereka tidak akan dikembalikan (ke dunia)’.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Saat Abdullah bin Jahsyi ikut serta dalam perang Uhud, ia berkata, “Wahai Rabbku, sunguh Engkau Mahamengetahui bahwa aku mencintaimu. Aku perrsembahkan mahar pembaiatanku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui kecintaanku itu, maka pertemukanlah aku dengan musuh-Mu yang paling kuat hingga ia dapat menewaskanku di jalan-Mu. Jika Engkau berkata kepadaku, ‘Untuk apa engkau melakukan hal seperti ini?’ Maka aku akan menjawab, ‘Aku lakukan itu karena-Mu, wahai Rabbku’.” (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)

Sesungguhnya para kekasih Allah pasti akan bersegera menggapai kecintaan Allah. Dia akan mengutamakannya atas yang lain. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pernah mengabarkan bahwa Allah tersenyum pada tiga jenis manusia. Salah satunya adalah seorang laki-laki yang memiliki rasa cinta. Ia melakukan perjalanan bersama rombongan kafilah. Di tengah perjalanan mereka merasakan kelelahan. Ketika sahabatnya yang lain berhenti, mereka merebahkan tubuh mereka di atas tanah hingga tertidur. Adapun orang tadi, ia sama sekali tidak tidur. Ia bergegas mencari air dan mengambil wudlu. Ia lalu menghadap kiblat untuk shalat dan menangis. Ia berdoa dan bermunajat kepada Dzat yang Mahaesa.

Ini merupakan cerminan dari adanya rasa cinta. Kecintaan yang mendorong pemiliknya untuk melakukan apa saja agar mendapat keridlaan orang yang dicintainya.

DR. Aidh bin Abdullah Al-Qarni dalam bukunya Bait Ussisa ‘alaa al-Taqwa, menuliskan sebuah kisah yang disebutkan seorang dai. Bahwa ada seorang pemuda muslim dari Jazirah Arab pergi ke Inggris, tepatnya di kota London.

Di London, dia tinggal di rumah seorang wanita pribumi yang telah berusia lanjut. Meski udara di waktu Fajar begitu amat dingin dan bersalju, ia tetap melaksanakan shalat. Ketika ia berwudlu, pemilik rumah yang sudah renta tersebut terus memperhatikannya. Ia berkata kepadanya, “Apakah engkau sudah gila?”

Ia menjawab, “Tidak.”

Ia bertanya terheran-heran, “Bagaimana engkau bisa bangun di jam seperi ini untuk mengambil air wudlu?”

“Agamaku memerintahkanku untuk melakukan itu,” jawabnya.

Ia kembali bertanya, “Tidak bisakah engkau undur waktunya?”

Ia menjawab, “Jika aku undur waktunya, maka Allah tidak menerima amalku.”

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, “Sikap seperti itu bagaikan tekad yang kaut yang dapat menghancurkan besi sekalipun. Sikap seperti itu bagaikan tekad yang kuat yang dapat menghancurkan besi sekalipun.” Ia mengulang dua kali ucapannya itu. (PurWD/voa-islam.com)
Oleh: Badrul Tamam
http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2010/07/13/8106/pendidikan-islam-membentuk-murid-agar-mencintai-allah-dan-rasul/