Salurkan Infaq Anda untuk PEMBANGUNAN GEDUNG MADRASAH DINIYAH MUHAMMADIYAH SIDOMULYO KEC.ANGGANA KAB.KUKAR melalui: BRI UNIT ANGGANA No. Rek. 4565.01.003179.53.3 a.n. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

AmirHady RadioOnline

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

lazada

Rabu, 25 Juni 2008

Syamsul : Ahli Falak Muhammadiyah Jangan Ketinggalan Kereta



Yogyakarta-Setelah tahun 2007 terselenggara Simposium Internasional tentang Penyatuan Kalender Islam se-Dunia, selasa (24/06/2008) ini ahli Hisab dan Fiqih Muhammadiyah mengkaji perkembangan pembuatan kalender Internasional yang memang hingga saat ini masih belum terwujud. Menurut Prof. Syamsul Anwar, ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dalam pembukaan acara tersebut, Muhammadiyah sebagai pelopor penggunaan Hisab jangan sampai tertinggal wawasannya tentang perkembangan metode Hisab yang beberapa tahun terakhir berkembang pesat. “Jangan sampai ketinggalan kereta, apalagi kitalah pelopor penggunaan Hisab” tegas Syamsul. “Sebagai gerakan Modernis, kita bisa tidak modern lagi” ingat Syamsul.

Menurut Syamsul di Ruang Sidang Universita Muhammadiyah Yogyakarta tersebut, Dunia Islam mulai Abad 8 hingga abad 13 berkembang pesat pengkajian ilmu falak. Pada masa itu lahir Al Battani yang dikenal pembuat kalender yang kita kenal dengan nama Al Manak, yang sebenarnya merupakan kalender Urfi. Kalender Urfi ini tidak didasarkan pada gerak bulan, namun membagi hari dalam setahun, kemudian membagi jumlah hari pada bulan bulan secara berselang seling, 30 hari dan 29 hari. Kalender ini mengenal tahun Kabisat 11 hari dalam tempo 30 tahun pada bulan Zulqoidah. Namun kalender yang dibelakukan pada abad 10 oleh Al Hakim bin Amrillah, Khalifah Fatimiyah dan Mesir memiliki persoalan dimana bulan Ramadhannya 30 hari terus. “Padahal Rasulullah mengalam sembilan kali Ramadhan, dua kali 30 hari dan tujuh kali 29 hari, sedangkan kalender urfi, selamanya 30 hari” terang Syamsul. “ Inilah awal kalender dalam sejarah Islam, walaupun banyak kwelemahannya”.

Lebih lanjut Syamsul menyatakan bahwa Ilmu Falak itu mati di dunia sejak abad ke-13 sampai abad ke-20, hingga tahun 1910 ilmuan barat kembali membangkitkan pengkajian Ilmu Falak/Astronomi. Tahun 1981 lahir Ilmuan Islam yang ikut mengkaji Ilmu Falak benama Muhammad Ilyas dari Maalaysia, dan mulai saat itu perkembangan sangat cepat. Tahun 1998 menurut Syamsul titik perkembangan ilmu falak di dunia Islam cukup maju dengan didirikan ICOP (Islamic Crescents’ Observation Object) dengan website www.icoproject.org. “Mari ahli falak tarjih dan ahli fiqhnya harus sering membuka situsnya, karena memuat perkembangan ilmu falak umat Islam beberapa tahun terkahir ini, sehingga kita bisa mendapat informasi baru perkembangan Ilmu Falak Syar’i di kalangan Umat Islam beberapa tahun terakhir ini” pesan Syamsul.

Perkembangan Software

Syamsul juga mengingatkan kepada peserta yang terdiri dari utusan wilayah dan undangan-undangan khusus para ahli tersebut, bahwa saat ini teknologi software juga terus berkembang, seperti yang di kembangkan ketua ICOP Muhammad Audah. “Muhammadiyah juga tidak boleh ketinggalan, paling tidak kita mampu mengembangkan software yang praktis yang bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat, waktu sholat, menghitung ketinggian bulan, dan matahari” harap Syamsul. “Karena kita harus mencari cara bagaimana kita berfikir ke arah itu” lanjutnya. “karena kalau kita diam terus, orang berkembang terus kita akan ketinggalan” pesan Syamsul lagi. ” Karena itu salah satu upayanya, saat ini Majelis Tarjih bekerjasama dengan UMY, sedang mengembangkan Pusat Studi Falak” terang Syamsul (arif).(www.muhammadiyah.or.id)

1 komentar:

RUSDI AL-FALAKY mengatakan...

Saya sangat setuju dan sangat suportif dengan perkembangan ilmu falak. Pokoknya ilmu falak harus dikaji terus menerus dan disebarluaskan ke masyarakat jangan sampai menjadi ilmu yang punah di masyarakat. semoga berhasil.